Jakarta, CNN Indonesia --
Grand Master (GM) Catur Indonesia Susanto Megaranto menceritakan pengalaman mengarungi puasa di bulan suci Ramadan sebagai atlet.
Bagi Susanto menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan merupakan tantangan tersendri bagi atlet.
"[Puasa Ramadan] ketika sedang lomba itu sudah biasa bagi kami dan harus siap juga," katanya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (6/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun memilih tetap berpuasa saat menjalani turnamen. Namun sebelumnya ia harus mendapat rekomendasi dari manajer, pelatih, dan tim medis jika ingin menjalankan ibadah puasa.
Menurut Susanto hal yang paling terasa ketika berpuasa saat bertanding adalah kurangnya konsentrasi, terlebih lagi ketika melakoni laga catur klasik yang memakan waktu berjam-jam.
 Susanto Megaranto tetap berpuasa di negeri orang jika level turnamen tidak berat. (Tangkapan layar instagram @94rcho) |
"Saya tetap puasa kalau turnamen biasa, bukan multievent. Biasanya ada perbedaan di konsentrasi kalau lagi puasa karena menahan lapar. Apalagi pas main catur yang durasinya lama, haus kita," ucap Susanto.
"Biasanya catur klasik [kalau di luar bulan Ramadan] kan bisa minum di tengah-tengah," kata Susanto menambahkan.
Pecatur nomor satu di Indonesia itu berpendapat, catur memang tidak mengutamakan adu fisik seperti olaraga lain. Namun ketika Ramadan tiba, pecatur juga harus melakukan persiapan khusus agar tetap fit ketika berkompetisi.
Persiapan matang itu perlu dilakukan atlet catur seperti Susanto meski tidak memforsir fisik untuk bekerja keras seperti atlet cabang olahraga lain.
"Atlet catur juga butuh olahraga tapi enggak intens kayak atlet lain. Pola tidur, pola makan itu harus lebih dijaga [di bulan puasa]. Kalau untuk latihan fisik memang enggak seintens atlet sepak bola misalnya," ujar dia.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Sebagai atlet profesional Susanto Megaranto tidak memiliki banyak pilihan ketika harus meninggalkan keluarga demi turnamen.
Pria yang sudah akrab dengan catur sejak usia 7 tahuhn itu pun rela tidak merasakan hangatnya suasana Ramadan di rumah seperti orang kebanyakan.
Ketika mengikuti sebuah kompetisi junior tingkat Asia di Filipina pada 2000 lalu, Susanto yang kala itu berusia 13 tahun sempat memilih tetap berpuasa di tengah turnamen. Namun ia mengaku sempat tidak kuat melanjutkan puasa karena jadwal lomba yang padat.
"Pernah coba puasa, waktu itu di Filipina pas masih junior. Tapi di akhirnya sempat enggak puasa juga," kata dia.
Memilih tidak berpuasa hanya dilakukan Susanto ketika menjalani turnamen di negara yang terlampau jauh dari Indonesia.
Keputusan itu dipilih dengan pertimbangan dari para pelatih. Tuntutan fisik yang prima menjadi alasan utama atlet yang kini berusia 35 tahun itu menunda puasa Ramadan selama beberapa hari.
"Saya sering tetap puasa, tapi kalau turnamennya benar-benar sebagai penentuan, kami enggak puasa. Apalagi kalau di Eropa kan perbedaan durasinya jauh. Biasanya ada konsultasi dulu dengan manajer dan pelatih," ujar dia.
[Gambas:Instagram]
"Kalau di luar negeri yang sulit itu durasinya sih, apalagi pas lomba di Rusia, saya merasa enggak kuat kalau ikut durasi puasa orang sana," ucapnya.
Susanto juga menceritakan memorinya saat terpaksa jauh dari keluarga ketika Idulfitri. Hal itu, lanjutnya, merupakan risiko seorang atlet yang tidak punya hari kerja pasti seperti orang lain.
Karena sudah terlalu sering jauh dari rumah, ia tidak ingat momen Idulfitri pertama saat dirinya jauh dari rumah karena ikut turnamen. Ia bersyukur kehadiran teknologi memudahkannya berkomunikasi dengan sanak keluarga.
"Pas puasa pernah, pas lebaran juga pernah. Kalau [bertanding] saat [bulan] puasa sudah enggak bisa apa-apa lagi karena ada tanggung jawab di pertandingan. Biasanya kan kita kumpul sama keluarga, tapi pas lagi di luar enggak bisa kumpul. Paling mengakalinya video call saja," ucapnya.
Saat ini Susanto memilih fokus beribadah puasa karena tidak ada turnamen lain sebelum SEA Games 2021 pada Mei mendatang. Sebagai salah satu atlet unggulan, target emas akan menjadi visinya di Hanoi, Vietnam.
"Paling uji coba aja untuk persiapan SEA Games. Atlet [catur] 12 orang putra dan putri. Saya turun di catur kilat. Target mudah-mudahan [medali] emas," katanya.