Jakarta, CNN Indonesia --
Saat di Amerika Serikat belum begitu bersahabat dengan Islam, Mahmoud Abdul-Rauf membuat gebrakan dengan melawan tabu agama di NBA.
Masuk Islam tak hanya mengubah jalan hidup, tetapi juga merombak lingkup kariernya. Pemain kelahiran 5 Maret 1969 ini tak diterima klub saat ingin kembali tampil di NBA.
Abdul-Rauf lahir sebagai Kristen dengan nama baptis Chris Jackson. Ia dibesarkan di Mississippi oleh seorang ibu berpendidikan sekolah menengah, sementara ayahnya tidak ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul-Rauf menggambarkan daerah tempat tinggalnya dengan istilah 'ghetto'. Tak ingin masuk dan terimbang kondisi, point guard ini menjadikan bola basket sebagai jalan keluar.
"Bagi saya, bola basket adalah satu-satunya jalan keluar saya," kata Abdul-Rauf kepada Central Recorder ketika membahas kemungkinan masa depannya saat masih muda.
Tekad bulat menjadi bintang basket membuat Abdul-Rauf tak kenal lelah dalam latihan. Kapan ada waktu lowong, basket dimainkan. Ibunya pun mendukung penuh hasrat sang buat hati.
 Mahmoud Abdul-Rauf memiliki bakat besar di basket. (ASSOCIATED PRESS/DAVID ZALUBOWSKI) |
Upaya itu tak sia-sia. Pada tahun pertamanya di sekolah menengah (SMA), Abdul-Rauf tampil sebagai pemuda yang andal. Permainannya menonjol dibanding pemuda seusianya.
Hal ini ini Abdul-Rauf menjadi salah satu point guard paling diburu kala itu. Banyak universitas menawarkan beasiswa penuh. Ini semata-mata karena bakat dan keahliannya.
Pada akhirnya Abdul-Rauf memilih kuliah di Universitas Negeri Louisiana. Bersama tim Louisiana ini ia membuat rekor mahasiswa baru cetak poin terbanyak dalam semusim.
[Gambas:Instagram]
Abdul-Rauf menghabiskan waktu selama dua tahun bersama LSU sebelum akhirnya mendeklarasikan diri untuk draft NBA. Ia lantas memilih Denver Nuggets sebagai pelabuhan.
Setelah dua musim membela Nuggets, sejak 1990, Abdul-Rauf mulai menemukan sisi spiritual kehidupan. Ia merasa tak puas kehidupan spiritualnya yang dianggap monoton.
Meski lahir dan besar sebagai seorang baptis, Abdul-Rauf merasa bahwa setiap kali dia meminta nasihat seorang pendeta, dia selalu diberikan satu dari dua jawaban.
"Percaya apa yang terjadi atau jangan mempertanyakan Tuhan," katanya, menirukan kalimat sang pendeta saat memberikan nasihat atas persoalan yang diajukan.
Selama di Nuggets pula Abdul-Rauf mulai berkenalan kitab suci Al-Quran dan berbagai buku Islam. Perlahan tapi pasti Abdul-Rauf mendalami Islam secara saksama.
Dikisahkan, tidak lebih dari tiga halaman membaca Al-Quran, Mahmoud Abdul-Rauf sudah merasa Islam tepat untuknya. Kerinduan spiritualnya terjawab saat membaca Al-Quran.
Baca kelanjutan berita ini pada halaman berikutnya>>>
Setelah memeluk Islam, Mahmoud Abdul-Rauf menganggap agama hal atau pegangan hidup yang serius. Setiap perintah agama coba dijalankan dengan baik dan benar.
Ramadan atau puasa selama sebulan dari matahari terbit sampai terbenam, pun tak luput. Saat Ramadhan tiba, Abdul-Rauf berpuasa meski rekan-rekannya menyarankan tidak.
Masalahnya Abdul-Rauf harus bertanding dengan intensitas tinggi meski puasa. Orang-orang tak mau tahu dengan situasi dan kondisi Abdul-Rauf, selain tim menang dan ia tampil normal.
"Saat kami menang, semuanya baik-baik saja. Tapi ketika kami kalah, itu [yang dibahas] tentang iman saya," kata Abdul-Rauf membahas situasi pemberitaan saat itu
Media dianggap Abdul-Rauf tak ramah sebagai pebasket Muslim. Ia diperlakukan tidak dengan semestinya karena kepercayaan yang dianut selama NBA di bulan Ramadan.
Hal ini membuat Abdul-Rauf resah. Akhirnya ia memutuskan pindah dan berkarier di Turki bersama Fenerbahce pada musim 1998/1999. Ini sebagai bentuk pemberontakan Abdu-Rauf.
Semusim setelahnya Abdul-Rauf mencoba kembali ke NBA. Sayang tanggapan yang diterimanya jauh dari perkiraan. Ia tak menyangka klub mulai mengabaikannya.
 Mahmoud Abul-Rauf diklaim tidak lagi diterima NBA karena taat kepada Islam. (ASSOCIATED PRESS/JOE MAHONEY) |
Selama proses kembali ke NBA, agen Abdul-Rauf dihubungi oleh Bryan Colangelo, General Manager Phoenix Suns saat itu, mengenai kemungkinan kembali ke level elite di Amerika Serikat.
"[The Suns] tidak tertarik pada Mahmoud dan itu bukan karena keterampilan bola basketnya," kata Colangelo kepada agen Abdul-Rauf.
Suns bukan satu-satunya tim yang secara terbuka menolak mentah-mentah Abdul-Rauf, bukan karena keterampilannya, tetapi karena pilihan hidupnya memilih Islam.
Elgin Baylor, mantan GM Los Angeles Clippers, dikabarkan pula berkomunikasi dengan Abdul-Rauf. Ia diundang ke Los Angeles untuk pertemuan tentang kemungkinan kontrak.
Begitu Abdul-Rauf tiba di markas Clippers untuk pertemuan, seorang asisten tim menghampiri. Ia dibawa ke lapangan basket oleh dikabarkan bahwa Baylor tak akan datang.
Namun dari sebuah jendela ruangan kantor Clippers, Abdul-Rauf melihat Baylor. Belakangan diketahui Clippers tidak tertarik dengannya karena komentarnya di HBO sebelum pertemuan.
Komentar Abdul-Rauf yang dimaksud adalah tentang agama. Kala itu HBO sengaja mewawancara mantan pemain Al-Ittihad itu tentang Islam dan hidayah yang didapatnya.
Meski berpotensi kehilangan jutaan dolar dari kontrak, Abdul-Rauf tak risau. Ia malah semakin yakin dengan Islam dan akan memperjuangkannya sepanjang hayat.
"Untuk apa [saya] ingin dikenang? Bahwa [saya] memiliki crossover yang kejam atau rilis cepat?" kata Abdul-Rauf sambil menegaskan bahwa warisannya di NBA soal Islam akan kekal.
Abdul-Rauf lantas membela klub Kanada, Vancouver Grizzlies pada musim 2000-2001. Ia lantas hijrah ke Rusia, Italia, Yunani, dan Arab saudi. Ia pensiun usai tampil di liga Jepang.
[Gambas:Video CNN]