WAWANCARA EKSKLUSIF

Ferry J. Kono: Kami Jadikan SEA Games Seperti PON

CNN Indonesia
Rabu, 11 Mei 2022 19:21 WIB
CdM Kontingen Indonesia di SEA Games 2021 Ferry J. Kono menjawab soal kontroversi pengiriman cabang olahraga hingga bonus untuk atlet.
Badminton salah satu andalan Indonesia meraih emas SEA Games 2021. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Soal bonus atlet yang berprestasi bagaimana?

Memang pada saat ini kami belum mendiskusikan bonus, karena itu domain pemerintah. Tapi saya yakin ketika atlet kita berjuang membela negara dan berprestasi tertinggi, saya yakin pemerintah akan memberi penghargaan. Bahwa bentuknya bonus atau apa, itu lagi-lagi domain pemerintah.

Kalau saya cenderung 499 atlet di SEA Games ini meraih prestasi terbaik, DBON harus bisa dievaluasi untuk kemudian masuk program. Khususnya untuk Olympics numbers. Ada promosi degradasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dan mereka sebisa mungkin diberikan kesempatan untuk bisa try out ke luar negeri, bahkan mengikuti training camp di luar negeri. Bagi saya ini jauh lebih baik dibanding bonus yang sifatnya nominal.

Kami akan sangat menghargai jika pemerintah memberikan bonus. Tentu ini akan sangat berguna bagi atlet kita, karena sebagian besar bahkan seluruhnya milik provinsi. Mereka juga akan memberi penghargaan.

Soal kontroversi cabor yang berangkat, misalkan lebih memilih Vovinam ketimbang senam dan lainnya?

Ada dua sisi di sini. Pertama tentu dari sisi di dalam negeri, kaitannya dengan prestasi. Bagi Komite Olimpiade Indonesia (NOC) prestasi itu sebagian dari tugas kami dalam gerakan Olimpiade. Jadi bukan melulu mengenai prestasi.

Salah satu gerakan Olimpiade itu ada namanya diplomasi olahraga. Kita mendapatkan juga mandat, kita ingin olahraga kita juga digunakan di internasional, khususnya pencak silat.

Banner live streaming MotoGP 2022

Kita inginnya untuk dipertandingkan, bukan hanya di SEA Games, Asian Games, tetapi juga sampai ke Olimpiade. Tentu untuk melakukan diplomasi itu kita harus membuka diri dengan cabor lain.

Vovinam itu adalah cabang olahraga Vietnam, sehingga dia minta kita memainkan olahraga itu dan kita minta memainkan olahraga kita.

Hasilnya SEAGAF meeting yang lalu di Kamboja, setelah bertahun-tahun pencak silat berada di kategori tiga, hasilnya dari diplomasi kita dengan berdayakan wushu, muaythai, vovinam, sekarang diputuskan pencak silat ada di kategori dua.

Artinya setiap SEA Games wajib dimainkan. Problem untuk Kamboja, dia belum memiliki federasi nasionalnya. Karena itu kami bersama IPSI mendorong segera membuka komunikasi dengan Kamboja.

Ini pengalaman pertama Anda jadi CdM SEA Games?

Untuk skala SEA Games ini pertama kali. Pernah juga dari kepala kontingen, tetapi untuk skala Olimpiade anak-anak berkebutuhan khusus. Waktu itu saya bawa 100 lebih atlet kita, tapi sebagai Sekjen NOC ini kali ketiga saya di SEA Games, setelah SEA Games Manila dan Olimpiade Tokyo.

SEA Games, CdM Ferry J KonoFerry J. Kono menjadi CdM di situasi yang sulit. (CNN Indonesia/Abdul Susila

Jadi secara tugas sudah terbiasa. Hanya saja sekarang jadi ganda, sebagai CdM dan Sekjen NOC.

Jadi CdM di masa tidak ideal. Bagaimana Anda melihatnya?

Tentu tidak ada yang nyaman dengan keterbatasan, tetapi sekali lagi ini adalah sebuah amanah. Pertama CdM itu adalah keputusan Komite Eksekutif NOC dan tentu didukung kebijakan pemerintah.

Dengan waktu yang terbatas, Exco kami menyadari tidak bisa langsung menjalin komunikasi dengan cepat apabila tidak dilakukan dari dalam NOC sendiri, karena waktu yang sangat mepet. Karena itu saya ditugaskan.

Jadi memang tidak mudah dan saya kira satu-satunya CdM kerjanya cuma 40 hari, waktunya mepet. Semoga ke depan tidak seperti ini lagi. Ini yang disebut pak Raja Sapta Oktohari extraordinary SEA Games.

Kesuksesan CdM itu selalu diukur dari jumlah medali, tetapi sekarang situasi berubah, bagaimana menurut Anda?

Bagi saya yang membuat menantang adalah ketika paradigmanya berubah dan itu tidak mudah, tetapi itulah kenikmatannya bekerja. Karena tantangannya jelas.

Jadi kita tidak hanya bekerja untuk hasil bagus, tetapi kita juga dalam tanda kutip harus 'menghibur' kekecewaan, karena budayanya berubah. Yang tadinya rombongan besar, harus begini.

Jadi segala sesuatu berubah dan paradigmanya berubah, tapi saya yakin perubahan ini akan berakibat ke hal positif di kemudian hari. Di situlah tantangannya. Jadi kalau kita tidak bisa mendukung perubahan itu tentu kita akan tertinggal.

Saya, Komite Olimpiade Indonesia, sebagai mitra pemerintah akan bahu membahu dengan anggota kami cabang olahraga bersama-sama ini bisa kita lalui.

Perubahannya pun juga berubah. Cabor dituntut lebih fokus. Bukan hanya atletnya, tetapi programnya bahkan sampai orang-orang ya.

(abs/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER