Berkaca dari musim-musim sebelumnya, tak ada jaminan klub yang moncer di awal kompetisi berjaya pada akhir liga. Dengan 30 pertandingan tersisa, banyak kejutan bisa tercipta.
Sejak era Liga 1 ada satu kesamaan bahwa juara kompetisi adalah tim jago tandang. Ini pengecualian untuk musim 2021/2022 yang berlangsung dengan sistem bubble di empat kota karena pandemi Covid-19.
Edisi pertama Liga 1 pada 2017, gelar juara diraih Bhayangkara FC. Terlepas gelar ini diwarnai sejumlah kontroversi, tim binaan polisi yang ditangani Simon McMenemy paling sering menang saat tandang, yakni sembilan kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim berikutnya, saat Persija menjadi jawara liga, Stefano 'Teco' Cugurra membukukan tujuh kemenangan dan empat kali imbang saat tandang. Catatan kemenangan Persija sama dengan Bhayangkara, tetapi unggul di hasil imbang.
Adapun pada 2019, ketika Bali United menjadi juara, hanya enam kali kalah dalam laga tandang. Sudah begitu Serdadu Tridatu, sebutan Bali United, juga digdaya di kandang dengan 13 kemenangan atau tertinggi dibanding tim lain.
Seperti kisah tiga musim tersebut, hasil laga tandang kiranya akan kembali menjadi kunci meraih gelar. Dari empat pekan pertama, Madura United terbukti jadi jago tandang dengan satu kemenangan dan imbang.
![]() |
Fakta-fakta di atas memiliki satu kesamaan, bahwa tim yang paling konsisten yang akan menguasai kompetisi. Bukan hanya konsisten meraih kemenangan, tetapi konsistensi kebugaran fisik pemain.
Dalam jadwal padat, klub yang paling bisa menjaga pemainnya dari ancaman cedera, terbilang sukses. Sebaliknya banyak tim gugur dari persaingan karena tak bisa menjaga kebugaran pemain di tengah atau pengujung kompetisi.
Ini pula yang membuat Teco jadi pelatih tersukses di era Liga 1. Pria asal Brasil tersebut tiga musim berturut-turut meraih gelar, yakni bersama Persija dan Bali United. Latar belakang Teco bisa kuncinya.
Sebelum menjadi pelatih kepala, Teco lebih dikenal sebagai pelatih fisik. Ia adalah sosok yang mendampingi Jacksen saat membawa Persebaya juara liga pada 2004. Pengalaman ini membuatnya matang dalam urusan fisik.
Lantas apakah akan ada kejutan sebagai juara kompetisi? Kiranya masih terlalu dini. Namun demikian, tim yang jago tandang dan skuadnya jarang diterpa cedera bisa diunggulkan sebagai calon kuat penguasa liga.
(nva)