ANALISIS

Indonesia vs Curacao: Bukan Uji Coba Biasa Garuda

Surya Sumirat | CNN Indonesia
Sabtu, 24 Sep 2022 07:43 WIB
Melawan Curacao dalam FIFA Matchday bukan uji coba biasa bagi Timnas Indonesia di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Sabtu (24/9).
Pertahanan Curacao bisa jadi titik lemah bagi Indonesia. (AFP/DOMINICK REUTER)

Fisik jadi faktor utama yang perlu dipersiapkan Timnas Indonesia dalam melawan Curacao pada uji coba kali ini.

Pemain-pemain sayap dan gelandang Curacao memiliki kecepatan yang baik, seperti Elson Hooi dan Jonatan Bacuna.

Untuk meladeni kecepatan itu, kebugaran pemain Indonesia harus bagus. Selain dalam bertahan, Indonesia juga bisa mengandalkan kecepatan ini dalam menyerang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkaca dari pertandingan melawan Kanada, pertahanan Curacao mudah panik saat mendapatkan serangan cepat.

Saat menghadapi Kanada pertahanan Curacao tidak begitu baik. Alphonse Davies yang notabenenye bermain di sektor sayap kiri serangan Kanada bisa dengan mudah masuk ke sektor tengah memberikan ancaman kepada Curacao.

Ricky kambuaya atau Rachmat Irianto bisa sesekali bisa mencoba menembus pertahanan Curacao dengan cara tersebut.

Akan tetapi Kambuaya dan Rian tidak harus bergerak sendiri, namun dibantu pemain lain yang membuka ruang agar peluang gol terbuka lebar.

Konsentrasi juga jadi aspek lain yang harus benar-benar diperhatikan tim asuhan Shin Tae Yong ini.

Curacao tidak memiliki respons yang baik dalam menghadapi kemelut di kotak penalti. Kenji Gorre dan kawan-kawan cenderung lebih melihat bola dibandingkan mengawasi pergerakan pemain lawan.

Fokus ini dibutuhkan agar aliran bola Indonesia tidak putus. Dengan terus mengalirkan bola, Indonesia bukan tidak mungkin mudah menembus pertahanan Curacao dan mencetak gol.

Kecepatan Yakob Sayuri dan Witan Sulaeman juga bisa diandalkan dalam bola-bola daerah yang dikombinasikan dengan bola-bola pendek.

Akan tetapi guna menghindari peluang terbuang sia-sia, ada baiknya tidak melakukan final pass lewat umpan silang lambung. Karena pemain belakang Curacao yang lebih tinggi tidak akan sulit mengantisipasi umpan-umpan tersebut.

Melihat postur pemain Curacao yang besar-besar, tidak ideal bagi Skuad Garuda memberikan perlawanan dengan man to man marking.

Pratama Arhan sendiri kewalahan saat meladeni duel satu lawan satu dengan Musa Tamari dari Yordania yang memiliki postur lebih besar.

Dengan bermain zona marking dalam bertahan, pertahanan Indonesia bisa lebih terbantu saat menghadapi pemain-pemain Curacao yang memiliki kecepatan daan juga postur besar.



(ptr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER