UPDATE TERKINI: Penyelidikan Tragedi di Stadion Kanjuruhan

Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan di Malang menewaskan setidaknya 125 orang. Simak laporan lengkapnya di Live Update CNN Indonesia.

Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan di Malang menewaskan setidaknya 125 orang (data resmi polisi 2 Oktober 19.00 WIB). Simak laporan lengkapnya di Live Update CNN Indonesia.

  • Bek Arema Cerita Kengerian 5 Jam di Kamar Ganti

    Pemain belakang asing Arema FC Sergio Silva menceritakan kengerian yang terjadi di kamar ganti Stadion Kanjuruhan

    Silva mengatakan, setelah pendukung Arema mulai banyak masuk ke lapangan, pemain Singo Edan masuk ke ruang ganti guna menyelamatkan diri.

    "Meski kalah [2-3], kami [berencana] akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para suporter, langkah itu terhenti di tengah lapangan," kata Silva.

    "Kami melihat indikasi beberapa suporter [masuk] ke lapangan, saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang, tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti," ucap Silva menambahkan.

    Silva dan pemain Arema lain tidak tahu banyak situasi di luar ruang ganti. Meski tidak kontak dengan suporter, tim asuhan Javier Roca itu tidak merasa benar-benar aman di ruang ganti.

    Tentu saja kami tidak tahu apa-apa, ada banyak kebisingan, keributan dan jeritan di koridor. Kami tidak tahu apakah orang-orang berteriak di belakang kami atau karena terdesak," tutur Silva menambahkan.

    Silva akhirnya mengetahui teriakan-teriakan itu karena suporter menderita dengan situasi di Kanjuruhan, baik karena gas air mata atau terinjak-injak. Dia melihat banyak orang yang putus asa, termasuk juga melihat suporter yang meregang nyawa, dan yang ingin melarikan diri.

    Silva mencoba menyimpulkan insiden horor di Kanjuruhan itu bukan semata-mata karena suporter tidak puas dengan kekalahan Arema dari Persebaya.

    "Ada ketidakpuasan dengan kekalahan itu, tetapi saya pikir sebagian besar suporter bereaksi terhadap polisi, dan situasi menjadi tidak terkendali. Polisi juga akan berusaha membela diri. Situasinya sulit," tutur Silva.

    Simak selengkapnya di sini.

  • Kesaksian Wartawan dari Tribun VIP

    Kekacauan dan kepanikan suasana Stadion Kanjuruhan digambarkan oleh wartawan Transmedia, Abdul Malik, yang saat pertandingan menyaksikan di tribun VIP bersama jurnalis lain.

    Berdasarkan pemantauannya, hingga beberapa jam setelah gas air mata ditembakkan, udara masih terasa begitu pekat dan banyak penonton mulai tumbang.

    Menurutnya, awak media yang saat itu berada di tribun VIP turut menyelamatkan diri akibat tembakan gas air mata. Jika di tribun VIP saja mata terasa pedih, Abdul tak membayangkan suasana yang terjadi di tribun ekonomi.

    "Di dalam perih, padahal media ada di tribun VIP. Sulit membayangkan yang di tribun ekonomi," kata Abdul, dalam laporannya pada CNNIndonesia TV, Minggu (2/10).

    Saat kericuhan reda, Abdul ikut membantu korban di tribun ekonomi. Ia menyaksikan saat itu banyak korban berjatuhan dan belum dievakuasi.

    Abdul menuturkan tembakan gas air mata dilepas sekitar 10 menit usai pertandingan yang berakhir sekitar pukul 22.00 WIB. Ia mengaku kembali masuk sekitar pukul 1 dini hari. Pekat dan perihnya gas air mata masih terasa saat itu.

    Abdul dan beberapa awak media mendapati banyak yang korban tergeletak di tribun ekonomi. Sebagian masih sadar, tetapi ada pula yang telah tak bernyawa. Abdul juga sempat mengevakuasi dua korban tewas.

    Selengkapnya di sini.

  • Aremania Bantur: Insiden Dipicu Minta Foto Bersama

    Aremania Korwil Bantur menyebut tragedi Kanjuruhan dipicu karena suporter minta foto usai pertandingan melawan Persebaya Surabaya di Liga 1 2022/2023.

    "Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin," kata Slamet Sanjoko dikutip dari Antara.

    Namun, ia menyebut dua orang suporter Aremania tersebut terus memaksa untuk diperbolehkan masuk, sehingga petugas mengizinkan. 

    Menurutnya, setelah keduanya diizinkan memasuki lapangan, mereka ternyata menghampiri pemain Arema FC yang saat itu masih berada di lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

    "Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ," ujar Sanjoko.

    Setelah terjadi aksi dari dua orang suporter tersebut, menurut Slamet, kemudian pendukung lainnya terpicu untuk memasuki area lapangan. Namun, ia tetap meminta kepada rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk ke dalam lapangan.

    Setelah melihat situasi mulai tidak terkendali, ia bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Selain itu, ia bersama sejumlah Aremanita bergegas mencari jalan keluar karena khawatir situasi akan memburuk.

    "Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribune, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata," ujarnya.

    Selengkapnya di sini.

  • Kesaksian Aremania dari Stadion Kanjuruhan

    Seorang suporter Arema FC menceritakan kronologi dan detik-detik situasi mencekam tragedi Kanjuruhan.

    Rezqi Wahyu mengatakan semula pertandingan berjalan kondusif dan insiden dimulai usai peluit wasit tanda pertandingan berakhir berbunyi. Ketika itu, pelatih Arema dan manajer tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke suporter.

    "Di sisi lain ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," kata Rezqi.

    "Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema, terlihat Johan Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum tersebut. Namun semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," sambung Rezqi.

    Selanjutnya situasi semakin tidak kondusif. Suporter semakin tidak terkendali dan mulai melakukan pelemparan ke lapangan. Para pemain kedua tim kemudian digiring ke dalam ruang ganti.

    "Setelah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan. Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkat panjang, 1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulis Rezqi.

    "Tapi saat aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif," tulis Rezqi.

    Polisi kemudian menembakkan gas air mata ke arah suporter di lapangan. Tindakan itu membuat kondisi semakin buruk. Penonton dan suporter yang panik berupaya mencari pintu keluar stadion. Akhirnya terjadi desak-desakan, dan penonton pun terinjak-injak.  

    Simak berita lengkapnya di sini.

(vws/vws)
Minggu, 02 Oktober 2022 09:48 WIB, CNN Indonesia
Terakhir diperbaharui Senin, 10 Oktober 2022 06:09 WIB
MOMEN PENTING