Kesaksian Penonton di Kanjuruhan: Gas Air Mata Ditembak Puluhan Kali
"Mau nangis rasanya kalau ingat kejadian itu," kata Ian. Baginya peristiwa meninggalnya ratusan penonton di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 adalah malam jahanam.
Pada Sabtu (1/10) sore itu, Ian datang dengan tiga rekannya berboncengan motor. Mereka dengan lancar masuk ke ring dua Stadion Kanjuruhan tanpa halangan karena sudah punya tiket berupa gelang kertas.
Gelang kertas itu mereka peroleh di Kantor Arema FC pada Rabu (28/9). Diketahui Arema FC menjual sekitar 41.920 lembar tiket untuk pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022/2023 antara Arema FC versus Persebaya.
Rincian tiket yang dilepas Arema, berdasarkan rilis penjualan tiket sebelum laga, adalah 37.980 lembar kelas ekonomi, 1.880 lembar kelas VIP, 200 lembar kelas VVIP, dan 1.940 lembar untuk sponsor dan tamu undangan.
Mengacu data di laman resmi PT Liga Indonesia Baru, jumlah penonton dalam laga itu adalah 42.588. Ini melebihi total kapasitas stadion. Adapun kapasitas Stadion Kanjuruhan adalah 42.449 orang.
Ini juga melanggar surat rekomendasi izin keramaian Polda Jatim. Dalam surat itu disebutkan jumlah penonton hanya 75 persen dari total kapasitas stadion. Artinya jumlah tiket yang boleh dijual hanya sekitar 30 ribuan.
Ian mengisahkan, tak ada kendala berarti dalam proses masuk ke stadion. Sebelum masuk ke ring dua stadion, barang bawaan diperiksa. Jika tidak ditemukan benda-benda terlarang, mereka boleh masuk ke ring dua.
Untuk masuk ke ring dua stadion ada tiga gerbang, yakni sisi utara, timur, dan selatan. Sisi utara merupakan gerbang masuk utama. Meski hanya ada tiga gerbang, akses untuk masuk ke ring dua cukup banyak karena relatif terbuka.
Ini ring yang tak ketat jika dibanding Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta. Saat pertandingan Persija atau Timnas Indonesia misalnya, penonton yang tidak memiliki tiket tak diperkenankan masuk ke ring tiga.
Pemeriksaan di stadion baru benar-benar ketat di pintu masuk tribune. Proses masuk ke dalam stadion tidak ada kendala karena penonton yang berdatangan bergelombang. Semakin mendekati laga jam 20.00 WIB, stadion makin penuh.
"Jumlah polisi yang berjaga banyak. Lebih banyak dari pertandingan biasanya. Mungkin karena pertandingan lawan Persebaya ya, jadi banyak polisinya. Semua lancar dari awal," ucap Ian menjelaskan.
Begitu pertandingan dengan skor 2-3 untuk kemenangan Persebaya itu selesai, tak ada tanda-tanda akan ada kericuhan. Seperti biasa saat kalah, penonton mengumpat. Mereka memaki-maki pemain untuk meluapkan kekesalan.
Namun begitu sejumlah penonton di tribune selatan atau gate 7-8 masuk ke lapangan. Situasi mulai tidak kondusif. Polisi yang menghalau suporter kembali ke tribune mulai melakukan aksi kekerasan dengan memukul.
Penonton yang melihat ada tindak kekerasan, tersulut emosinya. Dalam situasi itu polisi menembakkan gas air mata. Menurut Ian tembakan awal di arahkan ke tribune selatan atau gate 7-8.
Suara dor, dor,dor, tanda gas air mata dimuntahkan pun bersahutan. Jumlahnya puluhan kali. Kontan asap membumbung dan beterbangan terbawa angin ke segala arah mengkontaminasi segenap ruang udara.
"Setelah tribune selatan tembakan menyusul ke timur. Itu tribune belakang gawang yang gate 14, 13, 12, 11. Kan banyak korban di situ. Itu yang buat panik. Gas air mata. Itu kan bikin perih dan sesak," katanya.
Bersambung ke halaman berikutnya...