Jakarta, CNN Indonesia --
Sepak bola Indonesia bukan saja tengah berduka tetapi juga tengah berada titik nadir pasca Tragedi Kanjuruhan pada akhir pekan lalu.
Sebanyak 125 tewas dunia usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya. Ini menjadi angka kematian terbesar dalam sejarah kelam sepak bola Indonesia.
Tragedi Kanjuruhan ini juga masuk dalam peristiwa paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia. Nomor tiga terbesar mengacu jumlah korban tewas di dunia!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mirisnya jumlah kematian terbesar ini bukan karena perkara rusuh suporter. Ratusan suporter Arema atau Aremania meninggal dunia justru karena berdesak-desakan dan mengalami sesak napas.
Korban bahkan sampai terinjak-injak karena panik akibat tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat keamanan ke arah tribune.
Salah satu saksi Tragedi Kanjuruhan, Eko Prianto bahkan menceritakan kondisi gate 13 stadion yang sudah seperti kuburan massal. Eko mengatakan banyak perempuan dan anak-anak yang tergeletak dengan posisi bertumpukan.
"Di gate 13 di situlah titik semacam kuburan massal teman-teman saya, Aremania. Aku enggak kuat mas," ucap Eko seraya tak kuasa menahan tangis.
Eko jelas bukan satu-satunya orang yang dilanda kesedihan mendalam. Pilu juga dirasakan orang tua dan sanak saudara yang harus kehilangan anggota keluarga mereka.
Kesedihan juga tentu dirasakan pencinta sepak bola tanah air. Bahkan sepak bola dunia pun ikut berduka mengetahui tragedi kelam di sepak bola Indonesia ini.
Satu pertanyaan besar pun muncul. Langkah apa yang akan dilakukan oleh stakeholder sepak bola di tanah air khususnya PSSI untuk memastikan peristiwa tragis serupa tidak akan terjadi lagi untuk selamanya di tanah air.
[Gambas:Video CNN]
Terutama terkait crowd control yang dilakukan oleh pihak keamanan. Bagaimana pihak keamanan menangani situasi terburuk sekalipun dengan cara sebaik mungkin. Tanpa menggunakan gas air mata.
Dan yang perlu juga menjadi perhatian serius terkait koordinasi antara penyelenggara dan pihak keamanan soal penanganan massa dalam pertandingan sepak bola.
Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>
Untuk hal ini PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) perlu belajar dari Tragedi Hillsborough yang memakan korban 96 jiwa pada 1989 silam.
Inggris berhasil merevolusi sepak bola mereka usai tragedi pada laga Liverpool vs Nottingham Forest di semifinal Piala FA.
Faktor pertama tentu saja mengenai bagaimana PSSI dan pemerintah bisa mengusut kasus ini dengan terang benderang. Jangan sampai ada satu hal pun yang ditutupi.
PSSI telah membentuk tim investigasi yang dipimpin oleh Ketua Umum Mochamad Iriawan. Langkah yang sama juga telah dilakukan pemerintah dengan membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang diketuai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.
Tim investigasi PSSI dan TGIPF bentukan pemerintah diharapkan bisa bergerak cepat mencapai konklusi yang memuaskan atas Tragedi Kanjuruhan. Di ranah ini, harapan tentu setiap perangkat yang terbukti lalai sehingga menyebabkan 125 orang meninggal dunia harus mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.
Hal lain yang juga krusial untuk dibenahi tentu soal penanganan massa sepak bola yang tepat dan benar. Koordinasi antara pihak penyelenggara dan aparat keamanan harus benar-benar dijalankan di setiap pertandingan, baik itu pertandingan dengan kategori high risk atau tidak.
Jangan sampai ada kesan menganggap hal sepele aspek-aspek terkait crowd control. Jangan sampai juga ada perbedaan 'cara main' antara PSSI dan aparat keamanan soal metode pengamanan sebuah pertandingan sepak bola.
Ini perlu menjadi perhatian serius karena langkah aparat keamanan menghalau massa dengan menggunakan gas air mata jelas-jelas diharamkan oleh FIFA. Itu tertuang di Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan.
"Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," bunyi regulasi FIFA.
Terakhir jelas PSSI sebagai induk sepak bola tertinggi di tanah air harus berbenah dengan serius. Tragedi Kanjuruhan harus menjadi akhir dari peristiwa kematian suporter setelah banyak terjadi kasus suporter meninggal dunia yang tak disikapi serius oleh PSSI.
[Gambas:Video CNN]