Untuk hal ini PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) perlu belajar dari Tragedi Hillsborough yang memakan korban 96 jiwa pada 1989 silam.
Inggris berhasil merevolusi sepak bola mereka usai tragedi pada laga Liverpool vs Nottingham Forest di semifinal Piala FA.
Faktor pertama tentu saja mengenai bagaimana PSSI dan pemerintah bisa mengusut kasus ini dengan terang benderang. Jangan sampai ada satu hal pun yang ditutupi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PSSI telah membentuk tim investigasi yang dipimpin oleh Ketua Umum Mochamad Iriawan. Langkah yang sama juga telah dilakukan pemerintah dengan membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang diketuai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.
Tim investigasi PSSI dan TGIPF bentukan pemerintah diharapkan bisa bergerak cepat mencapai konklusi yang memuaskan atas Tragedi Kanjuruhan. Di ranah ini, harapan tentu setiap perangkat yang terbukti lalai sehingga menyebabkan 125 orang meninggal dunia harus mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.
Hal lain yang juga krusial untuk dibenahi tentu soal penanganan massa sepak bola yang tepat dan benar. Koordinasi antara pihak penyelenggara dan aparat keamanan harus benar-benar dijalankan di setiap pertandingan, baik itu pertandingan dengan kategori high risk atau tidak.
Jangan sampai ada kesan menganggap hal sepele aspek-aspek terkait crowd control. Jangan sampai juga ada perbedaan 'cara main' antara PSSI dan aparat keamanan soal metode pengamanan sebuah pertandingan sepak bola.
Ini perlu menjadi perhatian serius karena langkah aparat keamanan menghalau massa dengan menggunakan gas air mata jelas-jelas diharamkan oleh FIFA. Itu tertuang di Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan.
"Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," bunyi regulasi FIFA.
Terakhir jelas PSSI sebagai induk sepak bola tertinggi di tanah air harus berbenah dengan serius. Tragedi Kanjuruhan harus menjadi akhir dari peristiwa kematian suporter setelah banyak terjadi kasus suporter meninggal dunia yang tak disikapi serius oleh PSSI.