Terlepas dari segala dinamika yang mungkin timbul dari rekomendasi TGIPF ini, yang akan paling terdampak adalah Timnas Indonesia dan klub peserta kompetisi.
Saat ini PSSI sedang mempersiapkan Timnas Indonesia U-20 untuk tampil di Piala Dunia U-20 2023. Rencananya pertengahan bulan ini tim asuhan Shin Tae Yong tersebut akan melakukan pemusatan latihan di Turki.
Masalahnya, Shin sudah mengucap janji akan mundur dari Timnas Indonesia jika Iriawan mundur. Meski sebatas pernyataan di media sosial, biasanya pria Korea Selatan konsisten dengan sikapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika sampai Iriawan mundur atau ditetapkan sebagai tersangka lanjutan Tragedi Kanjuruhan, sama seperti ditersangkakannya Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru Akhmad Hadian Lukita, Shin Tae Yong juga bisa pergi.
Sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah kehilangan rasa hormat ke Shin. Sikapnya yang berdiri di belakang Iriawan membuat sebagian publik jengah. Namun, ada juga yang tetap mencintainya.
Situasi Timnas bisa dibilang akan dimulai dari nol lagi jika Shin pergi. Pasalnya pondasi yang dibangun pelatih 52 tahun tersebut mulai terlihat, meski belum benar-benar membuahkan hasil berupa prestasi.
Selain mengganggu persiapan tim ke Piala Dunia U-20 2022, asa meraih gelar juara Piala AFF 2022 pada Desember-Januari mendatang akan terhalang. Mencari sosok pelatih yang tepat bukan perkara mudah.
![]() |
Ditambah lagi sebagian pemain Timnas mendukung sikap Shin. Sikap para pemain ini dianggap sebagian kalangan, cukup politis. Publik menilai bukan wilayah pemain mendukung atau meminta Iriawan mundur dari PSSI.
Tak hanya pemain Timnas, klub, pelatih, dan pemain sepak bola Indonesia sedang harap-harap cemas. Jika kompetisi tak bisa berjalan lama, otomatis masa kelam seperti saat pandemi akan kembali mereka rasakan.
Tarikan kampung atau tarkam, juga fun football akan menjadi ajang pemain mengisi kekosongan kompetisi. Klub yang telah menjalin sponsor pun akan kehilangan pemasukan selama tak ada kejelasan liga.
Imbasnya, jika tak ada kejelasan kompetisi, pemain otomatis akan dipotong pendapatannya. Tidak mungkin pula klub terus mengeluarkan dana dengan berlatih, sedangkan liga tak tahu kapan akan berjalan.
![]() |
Inilah lingkaran setan jika tak ada kepastian kompetisi. Bukan hanya pemain dan pelatih, klub pun akan menjerit. Dan, psikologi inilah yang sepertinya sedang dibuat TGIPF untuk mereformasi PSSI saat ini.
Padahal, dalam konsep FIFA dan AFC setelah bertemu dengan perwakilan pemerintah serta PSSI yang lantas membentuk Gugus Tugas Transformasi Sepak Bola Indonesia, Liga 1 akan digulirkan pada akhir November.
TGIPF memang sudah bubar begitu laporan diberikan ke Presiden, tetapi rekomendasinya cukup bisa menjadi pegangan pemerintah. Dalam artian, akan ada kembali pertarungan politik di sepak bola Indonesia.
(jun)