Jakarta, CNN Indonesia --
Tahun ini, sebelum Piala Dunia 2022, Portugal dan Swiss saling mengalahkan. Hal ini membuat kedua tim percaya diri bisa lolos ke perempat final.
Pertandingan Portugal versus Swiss, yang adalah laga terakhir babak 16 besar, akan berlangsung di Stadion Lusail Iconik, Lusail pada Rabu (6/12) malam waktu Qatar atau Kamis (7/12) dini hari WIB.
Berkaca dari sejarah, Swiss pantas percaya diri. Dari 25 pertemuan sejak pertama kali bentrok pada 1 Mei 1938, Swiss unggul dengan 11 kemenangan, 5 kali imbang, dan 9 kali kalah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang duel ini Swiss juga punya statistik cukup mentereng. Perkembangan tim asuhan Murat Yakin ini juga progresif. Perkembangan paling signifikan Swiss selama 2022 adalah kedisiplinan.
Dalam duel perdana melawan Portugal di UEFA Nations League A 2022/2023 misalnya, Swiss dibantai dengan skor 0-4. Namun pada pertandingan leg kedua giliran Portugal yang jadi korban, skor 1-0.
Begitu juga saat melawan Spanyol, pada leg pertama menyerah 0-1 lantas pada leg kedua berbalik unggul dengan skor 2-1. Ini yang membuat Swiss percaya diri bisa kembali menyikat Portugal.
Dalam urusan umpan terukur, Swiss pun tak kalah dari Portugal. Dalam tiga laga sebelumnya, Granit Xhaka dan kawan melepaskan umpan akurat sebanyak 1.117 kali dari total 1.388 umpan.
Pada saat yang sama Portugal memiliki umpan terukur sebanyak 1.631 dari total 1.838. Jumlah umpan Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan memang lebih banyak, tetapi melencengnya juga tinggi.
Performa Swiss selama babak grup juga impresif. Saat kalah 0-1 dari Brasil misalnya, tim berjulukan Rossocrociati ini tampil penuh keberanian. Karakter bertahan Swiss tampak solid.
 Swiss bisa menghadirkan bahaya untuk Portugal. (REUTERS/SUHAIB SALEM) |
Adapun Portugal terkesan tampil meragukan. Tim asuhan Fernando Santos ini menang susah payah melawan Ghana dan kalah lawan Korea Selatan. Penampilan meyakinkan Portugal hanya terlihat saat melawan Uruguay.
Sang megabintang, Ronaldo, pun mulai redup. CR7 mulai kehilangan sentuhan terbaik dan tidak lagi jadi inspirasi utama tim. Ini titik lemah Portugal yang terus dipelihara Santos.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Akhir-akhir ini Cristiano Ronaldo suka marah-marah. Lelaki 37 tahun seperti sedang mengalami masa yang disebut Intermittent Explosive Disorder.
Ini adalah kegagalan dalam mengontrol rasa marah. Ronaldo marah pada Manchester United, dongkol pada Erik Ten Hag, sebal ke pemain muda tak berdedikasi, juga emosi pada lawan tanding. Uring-uringan.
Terakhir Ronaldo emosi saat diminta pemain Korea Selatan buru-buru keluar lapangan saat diganti. Gestur kapten Portugal ini sampai membuat sang pelatih, Fernando Santos, tak senang.
Santos, disebut beberapa media Eropa, sampai berpikir mencadangkan Ronaldo untuk melawan Swiss. Namun ini bisa membuat ruang ganti Portugal menghangat, sebab Ronaldo sudah lama jadi simbol tim.
Dalam tiga laga Piala Dunia 2022, bisa dibilang penampilan Ronaldo biasa-biasa saja. Ronaldo punya delapan peluang mencetak gol, tetapi tak ada yang klinis. Ketajamannya tinggal penalti.
Sudah begitu, Ronaldo disibukkan isu transfer. Meski tak terlibat secara langsung, karena ada agensi yang menangani, sedikit banyak sikap dan keputusannya jadi acuan pengambilan keputusan.
 Swiss punya komposisi tim yang terbilang solid dan layak diwaspadai Portugal. (REUTERS/MARKO DJURICA) |
Pada Senin (5/12) misalnya, media sepak bola terkemuka Spanyol menyebut Ronaldo akan menandatangani kontrak dari klub Arab Saudi Al Nassr. Prosesi tersebut diklaim akan terjadi pada 1 Januari 2022.
Disebutkan sejumlah media, Al Nassr telah menyetujui permintaan bayaran sebesar 200 juta euro atau setara Rp3,2 triliun per tahun Ronaldo. Jika benar, fakta-fakta ini tentu atas kesepakatannya.
Namun Portugal bukan hanya Ronaldo. Ada Joao Cancelo yang performanya matang dan Bruno Fernandez yang makin menyihir. Portugal tetaplah tim tangguh yang punya banyak senjata mematikan.
Apakah pertandingan melawan Swiss akan menjadi dansa terakhir Ronaldo di Piala Dunia? Itu yang diinginkan Swiss. Memberi panggung 'kesatria' pada Ronaldo adalah sebuah kehormatan.
Dalam tradisi di Swiss, juga di banyak negara, memberi cokelat adalah tanda perpisahan yang manis. Dan, Swiss ingin memberi cokelat istimewa itu kepada Ronaldo di Piala Dunia edisi terakhirnya.
Cokelat yang tentu bakal tetap terasa pahit untuk sang megabintang karena impiannya untuk jadi juara Piala Dunia kembali terbang.
[Gambas:Video CNN]