LIPUTAN KHUSUS

Mafia Wasit: Kata Siapa Cuma 'Kentut'?

CNN Indonesia
Rabu, 12 Apr 2023 13:09 WIB
Praktik mafia wasit acap kali disebut bagai kentut, ada baunya tapi tak ada bentuknya. Meski demikian, ada beberapa orang yang mengantongi bukti.
Ilustrasi wasit di Indonesia. (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Parjo --bukan nama sebenarnya-- masih sangat polos ketika baru masuk Badan Liga Indonesia (BLI) dan langsung bersentuhan dengan mafia bola.

Ketika itu dia memegang jabatan cukup penting di BLI, perusahaan yang menjadi cikal bakal PT Liga Indonesia Baru (LIB). Suatu ketika ia diberi tugas menjadi administrasi wasit menggantikan rekannya yang sedang berhalangan.

Hari itu, di kantor BLI, Parjo mendapat surat penugasan wasit untuk pertandingan Liga Super dan Copa Dji Sam Soe. Saat dicek ternyata wasit tersebut bertugas dua kali dengan tim yang sama dalam sepekan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wasit yang ditunjuk, dua kali memimpin pertandingan Persitara Jakarta Utara. Merasa ada yang salah, Parjo langsung merevisi wasit yang bertugas.

"Surat penugasan itu saya terima. Saya cek dulu dong. Loh ini ada nama wasit, kok memimpin Persitara dua-duanya? Enggak boleh dong, satunya Liga, satu Copa. Langsung saya anulir," kata Parjo.

Parjo kemudian melapor ke atasannya dan dia bilang: "Ya, bener ini enggak boleh. Ya sudah, ganti."

Surat yang ditandatangani Direktur Utama BLI itu lantas dikirim lewat faks. Tak sampai setengah jam, telepon genggam Parjo berbunyi. Tak dinyana, yang berbicara adalah sosok orang lama di sepak bola. Sebut saja namanya Bos Besar. Sosok yang juga pernah menjabat sebagai petinggi operator Liga Indonesia.

Merasa punya kekuasaan lebih, Bos Besar menanyakan alasan Parjo mengubah susunan wasit yang bertugas memimpin pertandingan Persitara. Sejurus kemudian, Parjo diminta menghadap atasannya kembali.

"Saya kan belum ngerti dulu. Ya sudah saya temui atasan saya. Beliau bilang si penelepon marah karena saya ubah nama wasit. Lalu saya diminta ubah kembali nama wasit yang ditugaskan awal. Lalu saya diminta ke Kuningan untuk mengawal pertandingan," ucap Parjo mengisahkan.

[Gambas:Video CNN]

Karena kasus ini, Parjo tak bertahan lama di BLI. Ia lantas memutuskan keluar dan akhirnya bergabung dengan manajemen salah satu klub di Indonesia.

Saat PSSI reinkarnasi pada masa kepemimpinan Edy Rahmayadi, selepas dibekukan FIFA, Parjo masih penasaran dengan kiprah mafia wasit. Ia lantas meminta adik iparnya untuk membuktikan kebenaran.

Sang adik ipar diperkenalkan dengan seorang runner (penghubung antara wasit dan mafia wasit). Lewat sosok ini ia melakukan pemesanan hasil salah satu pertandingan di Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016.

Sejumlah pesepak bola Arema FC Malang memprotes keputusan wasit memberikan kartu merah terhadap rekan mereka, Jayus Hariono usai melanggar pesepak bola PSM Makassar Akbar Tanjung dalam laga lanjutan Liga 1 2022-2023 di Stadion PTIK, Jakarta, Sabtu (4/2/2023). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.Kinerja wasit kerap menjadi sorotan karena sederet keputusan kontroversial. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)

Adik ipar Parjo saat itu meminta skor 3-2 untuk kemenangan salah satu klub dan klub lawan mendapat kartu merah. Ternyata hasilnya sesuai dengan pesanan.

"Aturnya lewat runner. Runner itu ke Bos Besar. Adik saya pesan, kartu merah si [pemain] ini, golnya 3-2. Kata Bos Besar: 'oke bisa'. Adik saya waktu itu bayar Rp150 juta," kata Parjo.

"Bos besar ini mungkin tidak tahu si pemesan adalah adik saya. Makanya enggak ada yang tahu. Adik saya laporan, 'Benar, sesuai. Kartu merah menit sekian si [pemain] ini.' Seperti itu," Parjo mengisahkan.

Berlanjut ke halaman kedua >>>

Bobrok dari Dalam

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER