Akmal Marhali bahkan menyebut nama Iwan Budianto, Yunus Nusi, dan Juni Rahman, punya 'orang' di departemen wasit. Akmal pun berani membuktikan bahwa nama-nama inilah yang mengendalikan wasit di kompetisi.
"Ini problem sepak bola kita. Manajemen [klub] ada yang main, pemainnya juga ada yang main. Cuma kalau kita ingin membongkar, kita harus punya keberanian 1.000 kali lipat," katanya.
Dua solusi yang ditawarkan Akmal. Pertama, menghidupkan Satgas Antimafia Bola yang sempat aktif. Kedua, sadap dan telisik hari-hari wasit yang akan memimpin pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Akmal berharap Erick bisa membuat gebrakan besar untuk memberangus penyakit akut mafia bola. Alih-alih fokus mengubah format kompetisi dan nama liga yang kurang substansial.
"Apa yang bisa jadi warisan pak Erick nantinya? Satgas mafia bola sudah pernah, Badan Tim Nasional juga sudah pernah, komite infrastruktur juga sudah ada. Cuma namanya saja berbeda," kata Akmal.
"Kan sudah dibentuk satgas mafia bola. Coba diefektifkan segera. Hingga saat ini kita enggak tahu siapa personalianya. Atau bikin call center khusus pengaduan mafia bola. Jangan sampai ini hanya seremonial," ujarnya.
Juni Rahman yang saat ini menjabat sebagai anggota Exco PSSI membantah tudingan Akmal. Bahkan Juni mengaku siap dikonfrontir dengan Akmal.
"Narasumber ini siap tidak dikonfrontir langsung dengan saya? Jangan cuma di media. Saya itu tidak di Komite Wasit, tidak urus wasit, bagaimana saya bisa terkait dengan wasit," kata Juni.
CNNIndonesia.com telah berusaha menghubungi Iwan Budianto dan Yunus Nusi baik melalui layanan pesan singkat maupun panggilan telepon, tapi tidak mendapatkan respons hingga artikel ini diturunkan.
(jun/vws)