Air muka Erick Thohir langsung berubah saat ditanya soal wasit. Intonasi suaranya yang tenang langsung berombak seperti ditimpa badai angin.
Begitulah pergolakan batin Erick menyikapi situasi sepak bola nasional. Setelah 50 hari lebih memimpin PSSI, sejak terpilih pada 16 Februari 2022, masalah wasit jadi laporan mengkhawatirkan.
Erick mengaku mendapat informasi soal kinerja wasit di Liga Indonesia dari tiga sumber. Pertama dari pengurus klub, kedua dari suporter, dan ketiga dari netizen atau warganet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya Erick membuat pernyataan ancaman. Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN ini berjanji akan menyikat habis para wasit yang bermain-main dengan jabatan pengadil lapangan.
Namun, sebelum tindakan tegas itu ditempuh, Erick menempuh jalan persuasif lebih dulu. Kesejahteraan wasit coba ditingkatkan. Salah satunya dengan memberi jaminan kesehatan.
"Para wasit kita ada tanda tangan minggu ini. Hari apa saya lupa. Bagaimana kesejahteraan wasit untuk dilindungi dengan [BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial]. Itu terobosan. Apakah cukup? Mungkin tidak," kata Erick pada Senin (11/4).
![]() |
"Makanya kita harus memperbaiki liga kita, wasit minimum harus meniup 10-15 kali dalam satu musim. Artinya kalau sekali tiup dapat Rp5,5 sampai Rp10 juta. Kalau 15 kali bisa Rp150 juta," ucapnya.
Jika jalan ini tak membuat para wasit memimpin pertandingan dengan baik dan menjauh dari stigma, langkah lebih tegas akan diambil. Jalur hukum akan ditempuh untuk menghukumnya.
Sebelumnya ini Erick telah menjalin kerja sama dengan Polri untuk memberantas mafia sepak bola. Dalam rilis kerja sama itu kinerja wasit jadi salah satu perhatian utama Erick.
Yang tak kalah penting, kata Erick, adalah dukungan semua pihak. Upaya PSSI memperbaiki sepak bola Indonesia diyakininya akan tercapai jika semua kalangan bersatu padu.
"Ini kan bagian dari melindungi dan membangun, tapi kalau masyarakat sepak bola tidak mau saya juga tidak bisa berbuat apa-apa," ucap mantan presiden klub Inter Milan tersebut.
Perang dengan wasit-wasit nakal juga digaungkan Erick karena FIFA akan berkantor di Indonesia. Perwakilan FIFA berada di Indonesia untuk mengawal proses transformasi sepak bola nasional.
Erick tak ingin borok sepak bola Indonesia makin menganga. Arahan FIFA akan dijadikan senjata Erick untuk menumpas gerombolan pelaku sepak bola nasional yang niatnya merusak dan mengeruk untung.
"Sekarang kebayang enggak kalau FIFA membuat kantor dan kirim orang untuk mengecek stadion. Tiba-tiba FIFA melihat dengan sendiri bahwa ada titik-titik di liga Indonesia," kata Erick.
"Jangan sampai kesempatan FIFA [tidak memberi sanksi Indonesia] justru mempermalukan diri kita. Saya memohon dari dalam hati kepada penikmat sepak bola, ayo jaga sepak bola Indonesia," ujarnya.
Bisakah Erick memberantas oknum nakal sepak bola yang selama ini jadi benalu? Kans terbuka, tetapi dibutuhkan lebih dari sekadar nyali untuk membenahi masalah akut sepak bola nasional.
(jun/abs/vws)