Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia sering melahirkan wasit-wasit andal berlisensi FIFA. Namun jalan mendapatkan status wasit FIFA tak ringan. Lantas, bagaimana caranya jadi wasit elite FIFA?
Untuk menjadi wasit profesional di Indonesia, ada tiga tahap yang harus ditempuh. Mereka harus lulus kursus mulai dari tahap dasar C1, kemudian level menengah C2, hingga tingkat nasional C1.
Untuk mengikuti kursus wasit C3, calon wasit minimal harus berusia 18 tahun dan sehat secara fisik. Namun peserta kursus C3 boleh berusia 16 tahun lewat jalur rekomendasi atau pengecualian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya ada pemain junior atau SSB yang sejak remaja dianggap kurang potensi jadi pesepakbola. Namun ia tetap mau berkecimpung di sepak bola di bidang wasit. Maka dia boleh ikut kursus C3," kata Andes Lestyanto, Head of Referee Department PSSI.
Selain itu calon wasit pada umumnya wajib mengantongi ijazah SMA sederajat, berbadan sehat, dan memiliki penglihatan yang baik.
Setelah syarat umum terpenuhi, calon wasit boleh mengikuti kursus C3. Ia akan diberi materi pelatihan mengenai hal-hal dasar dalam dunia wasit.
Setelah mengantongi lisensi C3, wasit tersebut wajib memimpin pertandingan minimal 10 laga dalam maksimal selama setahun. Wasit C3 berhak memimpin pertandingan kelompok umur, kompetisi internal Asosiasi Kabupaten atau Kota.
Jika syarat itu terpenuhi maka wasit C3 tersebut telah memenuhi syarat untuk mengikuti kursus C2 yang diselenggarakan PSSI tingkat Provinsi.
 Ilustrasi wasit. (CNNIndonesiia/Adhi Wicaksono) |
Dalam kursus C2 ini, wasit akan mendapat pelatihan lanjutan, seperti teori permainan hingga latihan kebugaran sesuai dengan standar FIFA.
Nantinya wasit C2 yang sudah mendapat lisensi berhak memimpin laga tingkat Provinsi. Jika ingin naik jenjang ke C1, wasit C2 harus memiliki jam terbang dengan memimpin pertandingan level Pengprov PSSI minimal 10 kali selama setahun.
Kursus C1 sendiri terbilang lebih rumit karena harus memahami materi lebih kompleks berdasarkan Laws of the Game dalam sepak bola. Mereka juga harus lolos fitness test standar FIFA.
Calon wasit C1 harus mampu berlari dengan jarak tertentu di batas waktu yang telah ditentukan. Setelah lulus teori dan praktik, wasit C1 berhak memimpin laga-laga di tingkat nasional.
"Biasanya diuji dulu di level Liga 3 atau Liga 2 dulu. Kalau sudah punya pengalaman dan rekam jejak yang bagus, baru berpeluang memimpin Liga 1. Namun mereka harus lulus ujian penyegaran sebelum kompetisi. Persaingannya juga cukup ketat," terang Andes.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
Setelah punya jam terbang dan rekam jejak bagus di Liga 1, sejumlah wasit terbaik berpeluang ikut kursus FIFA. PSSI akan menyeleksi beberapa wasit untuk mengambil lisensi FIFA.
Beda dengan kursus wasit nasional yang kudu merogoh kocek sendiri, seluruh biaya mengikuti lisensi FIFA bakal ditanggung federasi.
Biaya kursus wasit lisensi C3 berkisar antara Rp2,5-Rp3,5 juta, kursus C2 memiliki range biaya Rp4-6 juta, sementara C1 mencapai Rp7-8 juta.
Sepintas, jalan menjadi wasit FIFA tampak mudah. Namun usaha untuk menjadi wasit elite internasional masih butuh perjuangan ekstra.
Salah satu wasit terbaik Indonesia, Thoriq Alkatiri, menceritakan perjuangannya jadi wasit FIFA. Butuh empat tahun rutin memimpin Liga 1 sebelum mendapat rekomendasi PSSI untuk mengikuti lisensi FIFA.
Thoriq resmi berpredikat wasit FIFA pada 2014. Kala itu ia mendapat rekomendasi langsung dari mantan wasit FIFA asal Indonesia yang ketika itu menjabat anggota Komite Wasit PSSI, Jimmy Napitupulu. Wasit asal Jawa Barat tersebut diuji di Brunei Darussalam bersama enam wasit lainnya.
[Gambas:Video CNN]
"Saat itu kami berangkat tujuh orang dari Indonesia. Tiga wasit dan empat asisten wasit. Ujiannya berat, tapi kami lulus semua," ujar Thoriq.
Bagi Thoriq materi tes terberat adalah fitness test. Terlebih ia harus beradaptasi dengan cuaca panas Brunei di jam 10.00 pagi waktu setempat. Dengan persiapan matang, Thoriq dan enam kompatriotnya lulus ujian.
 Thoriq Alkatiri salah satu wasit Indonesia yang saat ini memiliki lisensi FIFA. (Dok.Pribadi) |
Kendala Bahasa
Kemampuan berbahasa Inggris juga jadi modal penting untuk menempuh ujian teori. Apalagi setiap wasit bakal mendapat giliran untuk melakukan presentasi untuk menjawab contoh kasus di dunia perwasitan.
"Setelah lulus tes FIFA, saya ambil kursus bahasa Inggris. Basic bahasa Inggris sudah ada, tapi saya merasa perlu belajar lagi agar bisa lancar menjawab pertanyaan dari instruktur wasit," ucap Thoriq.
Wasit sepak bola legendaris Jimmy Napitupulu juga mengamini jalan berliku yang harus ditempuh wasit Indonesia demi naik ke jenjang elite FIFA. Butuh modal bagus agar mampu bersaing menembus pentas internasional.
"Syarat jadi wasit FIFA berat. Jangan dipikir gampang. Yang pertama, harus lancar bahasa Inggris. Minimal bahasa Inggris sepak bola. Harus bisa bikin laporan, presentasi ke depan, kemudian teknologi informasi," kata Jimmy.
Tak hanya wajib punya kemampuan berbahasa Inggris aktif, wasit FIFA harus memiliki fisik yang prima. Sebab, peserta harus mampu melewati fitnes test high intensity yang tingkat kesulitannya lebih berat dari cooper test.
Jimmy berharap Indonesia bisa melahirkan wasit-wasit top minimal rutin dipilih laga-laga internasional yang digelar di Asia. Mulai dari Liga Champions Asia, Piala Asia, hingga kualifikasi Piala Dunia.
Musim 2022/2023, Indonesia memiliki 12 perangkat pertandingan berlisensi FIFA. Lima di antaranya wasit tengah dan tujuh lainnya asisten wasit.
Lima wasit Indonesia berlisensi FIFA tersebut adalah Thoriq Alkatiri, Yudi Nurcahya, Aprisman Aranda, Fariq Hitaba, dan Sanche Lauwita. Dari lima nama-nama di atas, hanya Thoriq dan Yudi Nurcahya yang berstatus elite FIFA.
 Jimmy Napitupulu saat memimpin laga persahabatan Indonesia vs Singapura di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 3 Juni 2007. (BAY ISMOYO/AFP) |
Sementara tujuh asisten wasit Indonesia berlisensi FIFA meliputi Bangbang Samsudar, Nurhadi, Beni Andriko, I Gede Selamet Raharja, Azizul Alimudin, Fajar Furqon, dan Akbar Jamaludin.
Wasit berlabel FIFA pun ternyata tak luput dari kesalahan dalam membuat keputusan. Sebanyak tiga wasit FIFA pernah disanksi PSSI karena dianggap lalai menjalankan tugas saat Liga 1 baru berjalan lima pekan.
[Gambas:Video CNN]
Ketiga wasit FIFA yang dihukum PSSI itu adalah Fariq Hitaba, Yudi Nurcahya, dan Sance Lawita. Mereka termasuk dari total 18 wasit, AAR (additional assistant referee), dan asisten wasit yang disanksi PSSI.
Setelah mengantongi lisensi FIFA, wasit juga masih bisa tersandung di lapangan. Pengetahuan mendalam soal Laws of the Game tak akan berguna jika seorang wasit tak cakap dalam bertugas. Korps pengadil pun tercoreng dan siap-siap banjir hujatan.
Beratnya jadi wasit Indonesia...