Umumnya route setter ini merancang jalur pertandingan panjat tebing untuk nomor lead dan boulder. Jalur ini bisa berubah-ubah di setiap turnamen, di samping ada perubahan point pegangan panjat.
Untuk bisa menjadi route setter, seseorang harus mahir memanjat. Pasalnya, seorang pembuat jalur juga dituntut bisa mencoba 'karya seni' yang dibuatnya.
Tentu saja seorang route setter harus memiliki lisensi sertifikasi.
Di Indonesia sertifikasi lisensi route setter terbagi dua: C2 untuk level provinsi dan C1 untuk tingkat nasional. Setelah itu route setter bisa meningkatkan lisensi sertifikasi menjadi kontinental (tingkat benua) hingga internasional (level dunia).
Bentuk jalur panjat tebing pada nomor lead dan boulder adalah gambaran imajinasi seorang route setter dengan segala perhitungan yang matang yang 'ditumpahkan' di papan panjat.
Perhitungan ini merupakan kombinasi beragam antara tingkat kesulitan dengan kualitas peserta kompetisi panjat tebing. Sebelum memanjat, route setter harus mengetahui kemampuan atau kualitas memanjat pesertanya. Dengan tujuan jalur yang disediakan bisa menyeleksi pemanjat potensial.
Kehebatan seorang route setter akan diuji tidak saja dalam membuat jalur yang sulit dan unik, namun juga memperhitungkan seberapa banyak pemanjat bisa melewati jalur tersebut. Karena itu jalur dari seorang route setter yang bagus pantang memiliki dead point.
Ronald, yang juga pelatih tim lead di Puslatda Panjat Tebing Jawa Timur, menuturkan membuat jalur yang baik itu gampang-gampang susah. Utamanya, penyelenggara kejuaraan bisa menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai standar route setter.
Bagaimana pun, kompetisi merupakan salah satu media melahirkan atlet-atlet potensial, di luar latihan rutin. Khusus untuk nomor lead dan boulder, kejuaraan punya peran yang lebih penting ketimbang nomor speed.
Sebagaimana diketahui, lead dan boulder memiliki tantangan yang lebih kompleks dibanding speed. Untuk lead dan boulder, tidak cukup dengan latihan, tapi juga harus mengikuti perkembangan jalur, termasuk bentuk point pegangan panjat di luar negeri.
Karena itulah route setter yang bagus dibutuhkan dalam membuat jalur di setiap level kompetisi di Indonesia.
Ronald Mamarimbing yang pernah jadi pelatih Timnas Panjat Tebing Indonesia pada SEA Games 2011 di Jakarta-Palembang menceritakan alur kerja seorang route setter.
Dalam sebuah proyek kejuaraan, pembuatan jalur ini biasanya dipimpin seorang kepala atau chief route setter, yang kemudian memiliki beberapa anggota. Chief route setter dan timnya ini sudah memiliki data peserta yang akan menggunakan jalur yang dibuat.
Beberapa hari sebelum pertandingan digelar, chief atau route setter ini akan mengumpulkan semua jenis point pegangan yang disediakan penyelenggara.
Setelah pegangan terkumpul, route setter bisa memisahkan pegangan-pegangan itu sesuai warna. Kemudian merancang membuat lintasan. Chief route setter bisa berkoordinasi meramu ide dengan tim dalam pembuatan jalur.
Pembuatan jalur event di Indonesia sejauh ini masih menggunakan tali. Setelah mengenakan pengaman, seorang route setter akan bergantung pada tali dalam memasang pegangan saat membuat jalur.
Dahulu route setter dibuat bekerja keras saat pemasangan point pegangan. Pasalnya dalam memasang point itu menggunakan alat manual berupa kunci L, namun kini sudah menggunakan bor cordless yang menggunakan baterai.
Tanpa alat sky lift
Pembuatan lintasan di Indonesia berbeda dengan kejuaraan-kejuaraan di luar negeri yang sudah menggunakan alat sky lift. Dengan menggunakan alat, pembuatan jalur bisa lebih mudah dan cepat.
"Satu lintasan normalnya, secepat-cepatnya kalau satu orang yang buat, selesai antara 1,5 jam sampai 2 jam. Setelah jalur dibuat, kami kemudian mencobanya. Yang awalnya jalur itu kita imajinasikan, dicoba dengan gerakan, sesuai tidak setelah dicoba?" ucap Ronald.
"Kalau ternyata tidak sesuai yang kita inginkan, normalnya akan kita ubah supaya jalur itu sampai gerakannya benar-benar sama seperti yang kita mau," tutur Ronald melanjutkan.
Sepengalaman Ronald menjadi route setter, satu jalur panjat bisa dianggap selesai secepatnya dalam durasi lima hingga enam jam. Itu pun dengan catatan jika tidak memiliki banyak masalah.
Meski begitu, ketersediaan sarana dan peralatan yang standar tidak selalu memberikan jaminan jalur panjat dinding bisa selesai dengan cepat. Salah satu contohnya adalah pembuatan jalur lead di Piala Dunia IFSC 2022 di Jakarta.
"Yang [Piala Dunia] tahun lalu ada nomor lead, route setter ada banyak. Kalau enggak salah route setter ada empat [interkontinental], jumlah lintasan yang dibuat delapan, lalu dibantu sama empat route setter nasional, kerjanya dengan mesin," kata Ronald.
"Mereka menyediakan jalur final itu butuh dua hari. Jadi bisa kita bayangkan, mereka punya kemampuan manjat yang bagus, punya jam terbang yang tinggi, bekerja dengan mesin, tetapi itu tetap butuh dua hari," ucap Ronald memungkasi.
Route setter bekerja bersama tim, yang dipimpin seorang chief route setter. Chief route setter ini memiliki beberapa anggota route setter yang akan membuat jalur kategori lead maupun boulder.
Sebelum bekerja di lokasi kompetisi, route setter akan mengajukan segala kebutuhan saat bekerja. Kebutuhan itu perlu dipenuhi panitia penyelenggara.
Saat di lapangan chief route setter akan membagi tugas kepada anggotanya dalam membuat jalur. Tingkat kesulitan pada jalur harus disesuaikan dengan kualitas peserta. Tujuannya meminimalkan dead point pada lintasan.
Di luar negeri, route setter biasanya membuat jalur final lebih dahulu, kemudian membuat jalur semifinal, dan terakhir jalur kualifikasi.
Setelah jalur dibuat, route setter akan menandai jalur tersebut. Point pegangan pada jalur final dan semifinal umumnya kembali dilepas setelah ditandai dan difoto route setter.
Hanya jalur kualifikasi yang dibiarkan terpasang di papan, karena akan langsung digunakan. Selama jalur panjat dibuat, peserta dan ofisialnya akan masuk ke ruang karantina.
Selama jalur semifinal dan final pemanjatan dibuat baru, atlet dan ofisial harus masuk ruang isolasi bersama peserta lain. Tidak ada karantina/isolasi untuk babak kualifikasi.
Setelah jalur dibuat, pemanjat akan diberikan waktu selama 6 menit untuk orientasi jalur sebelum kembali masuk ruang isolasi guna menunggu pemanggilan nama untuk mulai memanjat.
Tidak ada momen observasi jalur untuk babak kualifikasi. Selama observasi, atlet juga ntidak diperbolehkan mencoba jalur tersebut.
Binatang peliharaan dan alat komunikasi menjadi beberapa hal yang dilarang dibawa ke dalam ruang karantina.
Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) terus berusaha keras agar Indonesia memiliki route setter andal dengan lisensi kontinental atau selevel Asia.
Saat ini Indonesia baru memiliki dua route setter dengan sertifikasi kontinental: Ronald Mamarimbing dan Rindi Sufriyanto.
Ketua II FPTI Wahyu Pristiawan Buntoro mengatakan pelatihan route setter dari IFSC Asia tidak digelar setiap tahun. Tidak hanya itu, FPTI juga harus bersaing dengan federasi panjat tebing dari negara lain guna mendapatkan kuota route setter kontinental itu.
"Terbatas sekali jadwal kursus di tingkat kontinental, tidak setiap tahun ada. Inilah yang coba kita siasati dengan cara-cara lain," ujar Pristiawan kepada CNNIndonesia.com.
Pria yang akrab disapa Pris ini menjelaskan dalam beberapa kesempatan, FPTI sudah menggelar kursus route setter dengan mendatangkan pembuat jalur internasional, seperti Hiroshi Okano dari Jepang.
Selain waktu yang terbatas, tantangan yang dihadapi FPTI dalam memiliki route setter level kontinental adalah proses yang panjang dan biaya.
Biaya route setter dalam magang itu disebut Pris ditanggung oleh peserta sendiri. Meski demikian, FPTI kerap memberikan bantuan meski tidak penuh.
Sejak 2016, FPTI sangat serius dalam mengembangkan nomor lead dan boulder. Karena itu upaya peningkatan kualitas route setter juga dilakukan. Di luar menggenjot jumlah route setter berlisensi C2 atau level provinsi, FPTI sangat mendukung pengurus provinsi menyelenggarakan kursus route setter level C1 nasional.
"Jadi kita punya skala prioritas untuk waktunya. Kita hitung benar, biasanya dua tahun sekali mengadakan kursus, kalaupun kebutuhan route setter masih tercukupi biasanya kita gelar penyegaran. Dinamis sekali sebenarnya, berdasarkan kebutuhan," ujar Pris.
Selain upaya lewat program kerja, FPTI juga berharap setiap route setter bisa meningkatkan kualitas secara mandiri.
Lewat kemajuan teknologi digital, salah satunya melalui video YouTube, para route setter di daerah diharapkan bisa meniru gaya memanjat atlet luar negeri yang ada dalam rekaman dan diterapkan dalam membuat jalur latihan.
Dengan cara seperti itu, kemampuan orientasi jalur dan juga kualitas memanjat seorang atlet bisa terasah.
Joko Sugianto, route setter pemegang lisensi C1 nasional, menuturkan masalah lain bagi seorang route setter adalah jumlah point pegangan yang minim yang disediakan panitia penyelenggara.
"Kalau bagi route setter, kendala membuat jalur itu jika pada tuan rumah atau panitia tidak tersedia peralatan yang ideal. Itu minimal, entah point-nya atau volume-nya," kata Joko Sugianto.
"Walaupun kecil-kecil, berkurang sedikit saja bisa sangat mengganggu, dan kerja kita jadi lambat. Peralatan yang minim juga bisa mengganggu," tutur pria yang akrab Ook itu.
Route setter pemegang lisensi interkontinental, Ronald Mamarimbing, menjelaskan problem lain bagi route setter di Indonesia adalah perbedaan cara kerja dengan kompetisi internasional.
Kompetisi panjat tebing Indonesia diklaim terbiasa bekerja dengan waktu yang mepet. Hasilnya jalur yang dibuat kerap tidak standar dan ketinggalan dengan jalur-jalur di internasional.
Selain ada masalah profesionalisme kerja. Route setter di Indonesia kebanyakan tidak menjadikan route setter sebagai pekerjaan utama, sehingga kemampuan membuat jalur tidak terlalu berkembang. Sementara di luar negeri para route setter bekerja di gym pemanjatan.
"Harusnya PP FPTI itu bisa mendata route setter yang masih aktif memanjat. Atau yang paling gampang dideteksi, pada saat route setter dikasih kesempatan menyediakan jalur pertandingan, yang jalurnya dead point itu jalur siapa, sehingga itu jadi rapor merah bagi route setter," tutur Ronald.
"Dengan begitu otomatis akan terdata route setter yang punya kapabilitas, dan yang tidak punya kapabilitas. Route setter yang tidak punya kapabilitas ini ke depannya jangan diberikan tanggung jawab sebagai kepala pembuat jalur," kata Ronald.
[Gambas:Video CNN]