LIPUTAN KHUSUS

Siapa yang Bikin Jalur Panjat Tebing?

Surya Sumirat | CNN Indonesia
Rabu, 23 Agu 2023 15:22 WIB
Di balik jalur panjat tebing nomor lead dan boulder, ada sosok perancang jalur yang dituntut punya imajinasi dan juga harus lihai memanjat.
FPTI memiliki tugas berat dalam meningkatkan kualitas route setter di Indonesia. (Cnn Indonesia/Safir Makki)

Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) terus berusaha keras agar Indonesia memiliki route setter andal dengan lisensi kontinental atau selevel Asia.

Saat ini Indonesia baru memiliki dua route setter dengan sertifikasi kontinental: Ronald Mamarimbing dan Rindi Sufriyanto.

Ketua II FPTI Wahyu Pristiawan Buntoro mengatakan pelatihan route setter dari IFSC Asia tidak digelar setiap tahun. Tidak hanya itu, FPTI juga harus bersaing dengan federasi panjat tebing dari negara lain guna mendapatkan kuota route setter kontinental itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terbatas sekali jadwal kursus di tingkat kontinental, tidak setiap tahun ada. Inilah yang coba kita siasati dengan cara-cara lain," ujar Pristiawan kepada CNNIndonesia.com.

Pria yang akrab disapa Pris ini menjelaskan dalam beberapa kesempatan, FPTI sudah menggelar kursus route setter dengan mendatangkan pembuat jalur internasional, seperti Hiroshi Okano dari Jepang.

Selain waktu yang terbatas, tantangan yang dihadapi FPTI dalam memiliki route setter level kontinental adalah proses yang panjang dan biaya.

Biaya route setter dalam magang itu disebut Pris ditanggung oleh peserta sendiri. Meski demikian, FPTI kerap memberikan bantuan meski tidak penuh.

Sejak 2016, FPTI sangat serius dalam mengembangkan nomor lead dan boulder. Karena itu upaya peningkatan kualitas route setter juga dilakukan. Di luar menggenjot jumlah route setter berlisensi C2 atau level provinsi, FPTI sangat mendukung pengurus provinsi menyelenggarakan kursus route setter level C1 nasional.

"Jadi kita punya skala prioritas untuk waktunya. Kita hitung benar, biasanya dua tahun sekali mengadakan kursus, kalaupun kebutuhan route setter masih tercukupi biasanya kita gelar penyegaran. Dinamis sekali sebenarnya, berdasarkan kebutuhan," ujar Pris.

Selain upaya lewat program kerja, FPTI juga berharap setiap route setter bisa meningkatkan kualitas secara mandiri.

Lewat kemajuan teknologi digital, salah satunya melalui video YouTube, para route setter di daerah diharapkan bisa meniru gaya memanjat atlet luar negeri yang ada dalam rekaman dan diterapkan dalam membuat jalur latihan.

Dengan cara seperti itu, kemampuan orientasi jalur dan juga kualitas memanjat seorang atlet bisa terasah.

Joko Sugianto, route setter pemegang lisensi C1 nasional, menuturkan masalah lain bagi seorang route setter adalah jumlah point pegangan yang minim yang disediakan panitia penyelenggara.

"Kalau bagi route setter, kendala membuat jalur itu jika pada tuan rumah atau panitia tidak tersedia peralatan yang ideal. Itu minimal, entah point-nya atau volume-nya," kata Joko Sugianto.

"Walaupun kecil-kecil, berkurang sedikit saja bisa sangat mengganggu, dan kerja kita jadi lambat. Peralatan yang minim juga bisa mengganggu," tutur pria yang akrab Ook itu.

Route setter pemegang lisensi interkontinental, Ronald Mamarimbing, menjelaskan problem lain bagi route setter di Indonesia adalah perbedaan cara kerja dengan kompetisi internasional.

Kompetisi panjat tebing Indonesia diklaim terbiasa bekerja dengan waktu yang mepet. Hasilnya jalur yang dibuat kerap tidak standar dan ketinggalan dengan jalur-jalur di internasional.

Selain ada masalah profesionalisme kerja. Route setter di Indonesia kebanyakan tidak menjadikan route setter sebagai pekerjaan utama, sehingga kemampuan membuat jalur tidak terlalu berkembang. Sementara di luar negeri para route setter bekerja di gym pemanjatan.

"Harusnya PP FPTI itu bisa mendata route setter yang masih aktif memanjat. Atau yang paling gampang dideteksi, pada saat route setter dikasih kesempatan menyediakan jalur pertandingan, yang jalurnya dead point itu jalur siapa, sehingga itu jadi rapor merah bagi route setter," tutur Ronald.

"Dengan begitu otomatis akan terdata route setter yang punya kapabilitas, dan yang tidak punya kapabilitas. Route setter yang tidak punya kapabilitas ini ke depannya jangan diberikan tanggung jawab sebagai kepala pembuat jalur," kata Ronald.



(vws)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER