Ronald Mamarimbing yang pernah jadi pelatih Timnas Panjat Tebing Indonesia pada SEA Games 2011 di Jakarta-Palembang menceritakan alur kerja seorang route setter.
Dalam sebuah proyek kejuaraan, pembuatan jalur ini biasanya dipimpin seorang kepala atau chief route setter, yang kemudian memiliki beberapa anggota. Chief route setter dan timnya ini sudah memiliki data peserta yang akan menggunakan jalur yang dibuat.
Beberapa hari sebelum pertandingan digelar, chief atau route setter ini akan mengumpulkan semua jenis point pegangan yang disediakan penyelenggara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pegangan terkumpul, route setter bisa memisahkan pegangan-pegangan itu sesuai warna. Kemudian merancang membuat lintasan. Chief route setter bisa berkoordinasi meramu ide dengan tim dalam pembuatan jalur.
Pembuatan jalur event di Indonesia sejauh ini masih menggunakan tali. Setelah mengenakan pengaman, seorang route setter akan bergantung pada tali dalam memasang pegangan saat membuat jalur.
Dahulu route setter dibuat bekerja keras saat pemasangan point pegangan. Pasalnya dalam memasang point itu menggunakan alat manual berupa kunci L, namun kini sudah menggunakan bor cordless yang menggunakan baterai.
Pembuatan lintasan di Indonesia berbeda dengan kejuaraan-kejuaraan di luar negeri yang sudah menggunakan alat sky lift. Dengan menggunakan alat, pembuatan jalur bisa lebih mudah dan cepat.
"Satu lintasan normalnya, secepat-cepatnya kalau satu orang yang buat, selesai antara 1,5 jam sampai 2 jam. Setelah jalur dibuat, kami kemudian mencobanya. Yang awalnya jalur itu kita imajinasikan, dicoba dengan gerakan, sesuai tidak setelah dicoba?" ucap Ronald.
"Kalau ternyata tidak sesuai yang kita inginkan, normalnya akan kita ubah supaya jalur itu sampai gerakannya benar-benar sama seperti yang kita mau," tutur Ronald melanjutkan.
Sepengalaman Ronald menjadi route setter, satu jalur panjat bisa dianggap selesai secepatnya dalam durasi lima hingga enam jam. Itu pun dengan catatan jika tidak memiliki banyak masalah.
Meski begitu, ketersediaan sarana dan peralatan yang standar tidak selalu memberikan jaminan jalur panjat dinding bisa selesai dengan cepat. Salah satu contohnya adalah pembuatan jalur lead di Piala Dunia IFSC 2022 di Jakarta.
"Yang [Piala Dunia] tahun lalu ada nomor lead, route setter ada banyak. Kalau enggak salah route setter ada empat [interkontinental], jumlah lintasan yang dibuat delapan, lalu dibantu sama empat route setter nasional, kerjanya dengan mesin," kata Ronald.
"Mereka menyediakan jalur final itu butuh dua hari. Jadi bisa kita bayangkan, mereka punya kemampuan manjat yang bagus, punya jam terbang yang tinggi, bekerja dengan mesin, tetapi itu tetap butuh dua hari," ucap Ronald memungkasi.
Route setter bekerja bersama tim, yang dipimpin seorang chief route setter. Chief route setter ini memiliki beberapa anggota route setter yang akan membuat jalur kategori lead maupun boulder.
Sebelum bekerja di lokasi kompetisi, route setter akan mengajukan segala kebutuhan saat bekerja. Kebutuhan itu perlu dipenuhi panitia penyelenggara.
Saat di lapangan chief route setter akan membagi tugas kepada anggotanya dalam membuat jalur. Tingkat kesulitan pada jalur harus disesuaikan dengan kualitas peserta. Tujuannya meminimalkan dead point pada lintasan.
Di luar negeri, route setter biasanya membuat jalur final lebih dahulu, kemudian membuat jalur semifinal, dan terakhir jalur kualifikasi.
Setelah jalur dibuat, route setter akan menandai jalur tersebut. Point pegangan pada jalur final dan semifinal umumnya kembali dilepas setelah ditandai dan difoto route setter.
Hanya jalur kualifikasi yang dibiarkan terpasang di papan, karena akan langsung digunakan. Selama jalur panjat dibuat, peserta dan ofisialnya akan masuk ke ruang karantina.
Selama jalur semifinal dan final pemanjatan dibuat baru, atlet dan ofisial harus masuk ruang isolasi bersama peserta lain. Tidak ada karantina/isolasi untuk babak kualifikasi.
Setelah jalur dibuat, pemanjat akan diberikan waktu selama 6 menit untuk orientasi jalur sebelum kembali masuk ruang isolasi guna menunggu pemanggilan nama untuk mulai memanjat.
Tidak ada momen observasi jalur untuk babak kualifikasi. Selama observasi, atlet juga ntidak diperbolehkan mencoba jalur tersebut.
Binatang peliharaan dan alat komunikasi menjadi beberapa hal yang dilarang dibawa ke dalam ruang karantina.