Situasi seperti itu sempat membuatnya terkejut saat pertama kali merasakannya. Namun lama-lama, hal-hal demikian justru tak lagi membuat hatinya gundah saat mengingat tanggung jawab sebagai atlet dan kehadiran teman-teman sepenanggungan.
"Awalnya sedih karena biasanya sama keluarga, tapi malah latihan. Itu tahun pertama merasa begitu tapi setelahnya sudah biasa saja. Orangtua juga mengerti," ujar dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah memutuskan pensiun usai meraih perunggu di Asian Games 2018, kini suami dari Lindswell Kwok itu punya jadwal libur yang lebih terstruktur sebagai pegawai negeri sipil. Hulaefi jadi punya waktu yang lebih maksimal untuk berkumpul dengan keluarga.
"Jadwal libur lebih enak sekarang karena bisa bareng keluarga. Waktu masih jadi atlet mau enggak mau harus latihan karena punya target [turnamen] juga," katanya.
Perayaan Idulfitri keluarga Hulaefi tak ubahnya seperti orang-orang kebanyakan. Berkumpul dan bertemu orangtua jadi agenda wajib saat Lebaran. Selain itu, ia juga memelihara budaya memberi Tunjangan Hari Raya (THR) kepada keponakan.
"THR dibagikan ke anak-anak saja tapi, ya. Lebih ke keluarga dulu, terus yang masih adik-adik kecil. Kalau ketemu keponakan kasih yang receh-receh," kata dia.
Memberi THR kepada keponakan tak ubahnya seperti mengingat masa kecil Hulaefi. Kembali ke memori dua hingga tiga dekade lalu, pria yang kini berusia 34 tahun itu mengaku gembira saat mengantongi uang dari saudara yang lebih tua.
Mainan jadi pilihan utama untuk dibelanjakan. Mobil kecil bertenaga baterai atau Tamiya merupakan kesukaannya kala itu.
"Sekarang sudah gantian, saya yang jadi om-nya. Dulu namanya juga anak-anak pada umumnya berharap [THR]. Dulu sama saya [uang] dihabiskan enggak ada yang disimpan. Dulu suka robot-robotan dan Tamiya, saya suka main itu," ucapnya.
"Setelah agak besar, saya sudah tidak Lebaran dengan keluarga di Indonesia karena sudah sibuk jadi atlet. Setelah lulus SMA itu sudah mulai try out jadi jarang Lebaran bareng keluarga," tambahnya.
(ikw/ikw/rhr)