Jelajah Datsun, Keindahan Laut Hingga Kampung Pinisi

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Jumat, 24 Mar 2017 11:17 WIB
Bulukumba, Sulawesi Selatan menjadi pilihan menarik sebagai destinasi selanjutnya dari Datsun Risers Expedition. Seperti apa keindahannya?
Foto: CNN Indonesia/Rayhand Purnama
CNNIndonesia.com dan rombongan DRE 2 juga berkesempatan mengunjungi daerah, dengan mayoritas masyarakatnya pembuat kapal Pinisi. Berlokasi di Tanahlemo, Bonto Bahari, Bulukumba, Sulseln berjejer para pembuat kapal-kapal bersar Pinisi. Lokasinya, tidak jauh dari Pulau Bira, hanya membutuhkan waktu 30 menit.

Para pembuat Pinisi, biasa melakukan perakitan di bibir pantai. Seperti salah satunya, Haji Uly Boat. Pemilik atau generasi keempat Haji Uly Boat, Rusdi Mulyadi atau Haji Uly bukanlah satu-satunya pengrajin Pinisi di kampungnya. Sedikitnya, ada 50 pengusaha yang menggeluti Pinisi.

"Saya generasi keempat, sudah 17 tahun. Penerus dari bapak Baso ayah saya," kata Uly.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski terkenal dengan Pinisi, saat ini ia mengaku pemesanan akan perahu dengan ciri khas tujuh layar itu mulai berkurang. Terakhir, pemesanan akan Pinisi terjadi sekitar dua tahun lalu.

Saat ini peminat kapal buatannya, yang mayoritas ialah pengusaha travel lebih memilih kapal berjenis Lambo. Namun, tetap memakai ciri khas dari Pinisi, yakni menggunakan tujuh layar. Bagi dia, lebih besarnya ukuran lambung dan buritan Lambo menjadi alasan mengapa peminat lebih tertarik.

Pinisi sendiri selain identik dengan tujuh layar, desain lambung dan buritan tidak sebesar Lambo. "Sempit (alasannya), terakhir dua tahun lalu. Karena kan untuk wisata butuh ruang banyak," ujarnya.

Kata dia, tujuh layar pada kapal buatannya saat ini lebih kepada pemanis. Tidak seperti dahulu, menggunakan layar sebagai penggerak. Namun, jika saat berlayar tidak ingin terganggu dengan mesin kapal, layar tetap dapat dikembangkan.

Dalam pembuatan kapalnya, Uly murni menggunakan kayu. Ada tiga jenis kayu yang biasa dipakai, diantaranya kayu dupasa, jati dan besi. Masing-masing kayu fungsinya tidak akan sama. "Bahan-bahan biasa kami beli dari wilayah Kendari. Untuk membuat ukuran kecil, kayu dibutuhkan sekitar 20 kubik," kata dia.

Pembuatan Lambo, diperkirakan paling cepat memakan waktu lima bulan. Pengerjaan akan dilakukan oleh empat orang. Sedangkan yang besar tentunya lebih lama, waktu yang digunakan lebih dari satu tahun dengan delapan orang pekerja.

Mengenai harga, Uly membandrolnya dengan harga Rp750 juta untuk model terkecil dan termurah tanpa interior. Jika ingin paket lengkap atau untuk pesiar, harganya bisa mencapai lebih dari Rp20 miliar. "Pemesan mayoritas itu dari Perancis," kata Uly.

Jika terlalu mahal, jangan khawatir di sana juga terdapat Pinisi dalam bentuk mini atau miniatur. Harganya-pun tidak terlalu menguras kocek. Satu miniatur Pinisi berukuran kecil dihargai Rp200 ribu, sedangkan yang terbesar bisa mencapai Rp400 ribu. (tyo)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER