Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Amerika Serikat disebut sedang menyelidiki kasus produksi
Tesla Model 3 yang terus tertunda. Perusahaan mobil listrik Tesla yang mengalami masalah terkait target produksi Model 3 diduga telah merugikan para investor, berdasarkan sumber.
Awal tahun ini, Tesla membuat target ambisius baru yang mencanangkan produksi 5.000 unit Model 3 hanya dalam satu minggu. Namun mereka gagal memenuhi target produksi 2.500 unit pada April 2018.
Kondisi ini membuat para konsumen merasa khawatir. Tesla kepada para investor juga mengatakan bahwa mereka berada di jalur yang benar untuk produksi Model 3 yang diakui diawasi secara ketat meskipun tidak dapat memenuhi target seperti dilansir
Wall Street Journal dikutip dari
AFP, Senin (29/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan
Wall Street Journal, AS telah menerjunkan Biro Investigasi Federal (FBI) dalam beberapa minggu terakhir untuk mendalam kasus ini. FBI mewawancarai sejumlah mantan karyawan Tesla terkait mundurnya target produksi Model 3.
Reuters melansir pihak Tesla belum secara resmi menerima panggilan dari otoritas AS terkait produksi Model 3.
"Kami belum menerima panggilan pengadilan, diminta menjadi kesaksian, atau proses formal lainnya, dan tidak ada permintaan dokumen tambahan tentang ini dari Departemen Kehakiman selama berbulan-bulan," kata juru bicara Tesla dalam email.
Kendati demikian menurut sumber bahwa FBI telah menghubungi mantan karyawan Tesla sebagai saksi terhadap kasus ini.
Kasus melesetnya target produksi Model 3 akan berdampak besar pada industri otomotif Tesla mengingat tarik ulur rancangan bisnis masa depan Tesla di antaranya tentang kesepakatan go-private perusahaan Tesla yang kemudian dibatalkan.
Kabar terbaru yaitu penyelesaian perseteruan antara CEO Tesla Elon Musk dan regulator sekuritas AS (SEC) yang berujung Elon Musk harus meninggalkan jabatan Chairman di perusahaan mobil listrik terkemuka Tesla.
(mik)