Selain Antilock Braking System (ABS) dan traction control, fitur lain yang sangat krusial membantu berkendara saat hujan di bulan Desember adalah Electronic Stability Control (ESC). ESC bukan lagi fitur terlampau mahal sebab berbagai merek kini sudah menawarkannya pada mobil-mobil harga terjangkau.
Contoh mobil terjangkau dengan ESC yaitu Daihatsu Sirion atau Datsun Cross sebelum pensiun. Selain itu ESC juga sudah tersedia di jenis mobil favorit konsumen Indonesia, yaitu low MPV.
Low MPV yang sudah tersedia ESC yaitu varian teratas pada Suzuki Ertiga, Mitsubishi Xpander, Nisan Livina, dan Honda Mobilio. Jenis lain namun seharga low MPV misalnya pada SUV DFSK Glory 560 atau MPV medium Wuling Cortez CT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu fungsi penting ESC yaitu mengurangi understeer dan oversteer dengan cara menghentikan ban yang selip (berputar berlebihan) dengan mengaktifkan rem atau memilih ban mana saja yang membutuhkan lebih banyak torsi untuk berputar lebih cepat agar mendapatkan traksi.
ESC pada dasarnya adalah sistem elektronik canggih yang memiliki berbagai sensor dan algoritma tertentu. Komputer bekerja membandingkan sinyal dari kecepatan putaran roda, posisi pedal gas, sudut perubahan kemudi, dan sensor yaw lalu memutuskan sejauh mana intervensi diperlukan.
Perlu dipahami ESC berbeda dari traction control, namun cara kerja ESC pasti melibatkan traction control. Traction control secara umum cuma bekerja di roda penggerak, sementara ESC mengatur empat roda.
"Fitur ESC membantu pengemudi dalam kondisi yang tidak mampu atau tidak terukur," kata Praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, Selasa (22/12).
Sony menjelaskan dalam kondisi permukaan jalan licin karena hujan, ESC memaksimalkan berkendara karena menjaga ban tidak selip. Hal ini mendukung pengemudi tetap dalam kontrol sekaligus menjaga kestabilan mobil.
Poin penting ESC lainnya yaitu menghindari mobil dari efek buruk aquaplaning atau kejadian saat ban tidak mendapatkan traksi di permukaan jalan karena terhalang lapisan air. Aquaplaning yang bisa terjadi hanya hitungan detik bisa jadi skenario buruk sebab ketika ban terangkat maka mobil bisa tergelincir dan sulit dikendalikan.
"Kalau hujan atau terjebak aquaplaning, mobil yang punya fitur ini enggak mungkin selip," ucap Sony.
Penjelasan lebih detail terkait cara kerja ESC juga disampaikan oleh Danang Wiratmoko dari Product Planning SGMW Motors Indonesia (Wuling). Dia bilang ESC pada Cortez CT bekerjasama dengan fitur traction control dan ABS.
"Kalau misalnya mau fungsi ESC itu secara umum pra syaratnya punya ABS dulu. Jadi ESC ini secara algoritma akan memerintahkan traction control dan ABS bekerja," ujar Danang.
"Kalau ESC itu ada kaitannya juga dengan modul ABS karena ketika mendeteksi ada oversteer atau understeer yang dia lakukan adalah mengerem ban yang selip. Jadi tetap minta bantuan ABS-nya," jelas Danang.
Pada produk Wuling dikatakan kerja ESC lebih optimal sebab ABS, termasuk cakram rem, ada di keempat roda. Selain Cortez CT, produk Wuling lain yang juga punya ESC adalah Almaz.
ESC merupakan fitur yang efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Bahkan menurut lembaga keselamatan jalan raya di Amerika Serikat, NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) fitur ini sanggup mencegah sepertiga jumlah kecelakaan.
Memahami pentingnya ESC, berbagai negara sudah menetapkan fitur ini wajib ada di mobil baru. AS menerapkan regulasi terkait hal itu sejak 2012, Kanada sejak 2011, Australia sejak 2011, dan Uni Eropa pada 2014.
Di Indonesia kehadiran ESC pada mobil baru masih berupa inisiatif Agen Pemegang Merek (APM). Belum ada peraturan yang mewajibkannya digunakan pada mobil-mobil baru yang dijual di dalam negeri.
(fea)