Jakarta, CNN Indonesia --
Berbagai teknologi otomotif berkembang pesat saat ini menjadi nilai jual dari produk kendaraan. Setelah mobil listrik, otonom (bergerak otomatis), kini ada mobil terbang.
Mobil terbang melayang di udara memungkinkan penumpangnya tidak lagi menghadapi kemacetan lalu lintas. Selain mobil terbang, ada juga istilah taksi terbang. Keunggulan kedua model kendaraan itu sama-sama bergerak di udara layaknya helikopter dan pesawat.
Sejumlah perusahaan tersohor tengah mengembangkan mobil terbang dan taksi terbang. Tak sedikit didukung pemerintahnya guna kemajuan transportasi massal di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Negara berkembang seperti Indonesia pun juga tak mau kalah mengikuti perkembangan zaman pada industri otomotif itu. Kini satu taksi terbang telah didatangkan ke Jakarta dan dijadwalkan uji coba mengudara di Bali pada Oktober 2021 sebagai tahap uji coba. Ini merupakan sejarah baru di industri otomotif dalam negeri.
Untuk diingat, antara taksi udara dan mobil terbang bukan model kendaraan yang sama. Keduanya memiliki perbedaan mendasar. Berikut rangkumannya:
Taksi Terbang atau taksi udara
Taksi udara atau bisa juga disebut "air taxi" ini bisa dibilang sebagai drone raksasa yang mampu menampung orang. Kapasitasnya memang masih terbatas, setidaknya satu atau dua penumpang.
Pada 2001 operasi taksi udara pertama kali dipromosikan di Amerika Serikat oleh NASA dan studi industri kedirgantaraan tentang potensi Small Aircraft Transportation System (SATS).
15 tahun kemudian, taksi udara telah muncul kembali dan berkembang sebagai bagian dari kendaraan udara pribadi.
NASA dalam situsnya menyebut bila taksi terbang buatannya memiliki konsep untuk menghemat waktu, kenyamanan, atau faktor lain. Sementara penumpang akan menikmati perjalanan yang singkat dari pada taksi taksi regular.
Taksi terbang tidak dikendalikan oleh pilot. Sama seperti drone, operator akan menerbangkan taksi terbang dari titik satu ke titik lainnya dari daratan.
Taksi terbang juga tidak membutuhkan ruang banyak saat hendak mengudara. Alat transportasi ini terbang layaknya drone, lepas landas secara vertikal ke atas atau sebaliknya saat hendak mendarat.
[Gambas:Photo CNN]
Uji coba di Indonesia
Taksi terbang yang akan digunakan di Indonesia adalah EHang 216. Perusahaan menyebutkan kendaraan ini sebagai Autonomous Aerial Vehicle (AAV) yang diproduksi Guangzhou EHang Intelligent Technology Co. Ltd dan berbasis di China.
EHang dirancang sebagai drone raksasa dengan 16 baling-baling pada 8 lengannya dan dapat terlipat. Kemudian saat parkir kendaraan ini hanya butuh ruang 5 meter.
Selain mengangkut orang untuk kebutuhan transportasi, taksi terbang juga dapat dioperasikan sebagai pengangkut logistik. Menurut perusahaan EHang juga menjadi taksi terbang yang sepenuhnya digerakkan dengan tenaga listrik.
Menurut rencana Prestige Motor, selaku operator akan melakukan uji coba terbang eHang pada bulan depan yang berlokasi di Bali. Perusahaan mengklaim sedang mempersiapkan perizinan ke instansi terkait.
Mobil Terbang
Sementara mobil terbang dibuat dengan menyatukan fitur pada helikopter berupa baling-baling dan pesawat terbang, yaitu sayap, mengutip Uda City.
Satu-satunya karakteristik yang dimiliki semua prototipe mobil terbang yakni kemampuan untuk melakukan lepas landas dan pendaratan vertikal (VTOL). Mobil terbang harus bisa lepas landas dan mendarat tanpa landasan pacu untuk beroperasi di lingkungan perkotaan, menurut American Progress.
Maka tidak heran setiap mobil terbang juga dilengkapi roda, sama seperti pesawat yang berfungsi saat digunakan lepas landas.
Lebih jauh jangan Anda berpikir mobil terbang merupakan kendaraan yang baru-baru ini dikembangkan, faktanya tidak demikian. Teknologi mobil terbang telah dikembangkan sejak medio 1980an.
Maka dari itu tak heran sudah banyak pabrikan yang mengembangkan dan menguji coba mobil terbang saat ini.
Perusahaan yang telah mengembangkan mobil terbang serta menguji coba bersama awak antara lain Aeromobil pada 2014, Vahana pada 2018, Aurora pada 2019, Ehang 184 pada 2018, Volocopter 2016, hingga pabrikan Jepang Sky Drive pada 2020.
Sedangkan sejumlah peneliti memperkirakan sekitar lima hingga 10 tahun ke depan mobil terbang mungkin menjadi hal lumrah di berbagai negara maju.