Ada tiga mode berkendara E01, yaitu Power, Standard dan Eco. Masing-masing punya kemampuan berbeda, Power sanggup mengeluarkan tenaga 8,1 kW dan torsi 30,2 Nm, Standar 8,1 kW dan 24,5 Nm, sedangkan Eco 5,4 kW dan 21,4 Nm.
ECO cocok digunakan saat ingin menghemat baterai, karena respons bukaan gas terasa lambat yang membuat Anda dipaksa santai.
Pada mode ECO kecepatan maksimum dibatasi 60 km per jam. Saya juga sempat mencoba menanjak dari posisi diam menggunakan mode ini, hasilnya tak begitu bagus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walau gas sudah dibuka sampai mentok, gerakan motor seolah tak mau diajak kerja sama. Fungsi Eco lebih cocok saat berkendara tak dikejar waktu atau perjalanan panjang.
Mode Standard merupakan pilihan pas buat berkendara sehari-hari. Pada mode ini hampir semua potensi E01 bisa dieksplorasi.
Bagian yang saya suka dari motor ini adalah minim hentakan saat mulai berkendara. Biasanya Anda akan mendapatkan kejut sedikit bikin kaget ketika membuka gas di model motor listrik lain yang sudah dijual di dalam negeri.
Lalu menyesuaikan respons bukaan gas dengan kebutuhan akselerasi juga tak sulit. Anda perlu lebih sensitif soal ini sebab biasanya pada motor bensin mengukur tenaga bisa ditakar dari getaran mesin, sedangkan pada motor listrik tak ada sensasi ini.
Mode Power direkomendasikan untuk kebutuhan menyalip dan menanjak. Pada mode ini karakter E01 berubah menjadi lebih galak, menyenangkan, dan Anda bisa mendapatkan kecepatan maksimal E01 pada mode ini.
Perlu dipahami kecepatan maksimal E01 hanya 100 km per jam. Sedangkan jarak tempuhnya menurut penjelasan YIMM sejauh 104 km per jam, itu pun jika kondisinya dipakai pada kecepatan konstan 60 km per jam.
![]() |
Desain E01 yang dibuat mirip Nmax bikin mudah mengunyah motor listrik semacam apa yang mau ditawarkan Yamaha. Dibanding model lain yang sudah pernah saya coba seperti Zero Motorcycle DS, Viar Q1 dan United T1800, Yamaha E01 adalah motor listrik yang paling mendekati 'motor pada umumnya'.
Desain motor adalah salah satu bagian dari pengembangan produk baru. YIMM juga perlu menimbang segudang hal ribet lainnya seperti pilihan baterai tak bisa copot apakah sesuai kebutuhan, bagaimana dampak suhu di Indonesia pada baterai dan motor elektrik, kemampuan melintasi banjir, perawatan, serta yang paling penting, harga.
E01 rasanya cocok jadi model masa depan Nmax, tapi meski begitu bukan berarti motor ini akan segera dijual di dalam negeri setidaknya sampai tahun depan.
Mulai November nanti hingga setahun ke depan YIMM bakal fokus studi masukan 4.000 konsumen yang sudah mencoba E01. Lalu pengembangan juga bakal digabung dengan riset e-Vino yang sudah dilakukan pada 2017.
YIMM memilih tidak gegabah membuat motor listrik untuk Indonesia dan memutuskan mempelajari banyak hal sebelum memutuskan. Sudah sepantasnya produsen besar punya pola pikir seperti ini untuk jangka panjang.
(fea)