Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan pemerintah berencana memberikan subsidi bagi warga yang hendak membeli mobil listrik.
Untuk besarannya masih dalam tahap pembahasan. Namun, Agus memperkirakan untuk mobil listrik besaran subsidi Rp80 juta dan untuk mobil listrik berbasis hybrid sebesar Rp40 juta.
Agus mengatakan rencana pemberian subsidi itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan mobil listrik di Indonesia. Sebab, menurutnya Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga soal mobil listrik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat menyambut rencana pemberian subsidi untuk mobil elektrifikasi tersebut.
Achmad Kurnia (42), warga Bandung mengaku belum tertarik memboyong mobil bertenaga listrik itu. Menurut dia saat ini mobil listrik masih sebatas untuk gaya hidup dan bukan kebutuhan primer.
"Enggak dulu. Soalnya dari segi infrastruktur pendukung juga belum memadai," kata Kurnia saat dihubungi, Jumat (16/12).
Menurut Kurnia mobil listrik saat ini hanya bisa digunakan untuk kendaraan sehari-hari di dalam kota. Sementara, ia khawatir apabila mobil listrik dibawa jauh keluar kota.
Achmad yang kerap bepergian keluar kota menggunakan roda empat itu khawatir apabila baterai habis dan tidak ada Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) terdekat.
"Masih belum banyak kan tempat pengisian listrik di jalan-jalan. Selain itu juga, ada beberapa kasus kerusakan mobil listrik, jadi merasa belum aman aja," ungkapnya.
Sementara itu, Fajar Fadillah (31) mengaku tergiur dengan rencana pemerintah. Pasalnya, penggunaan mobil listrik ia yakini dapat menekan biaya operasionalnya sehari-hari.
Dengan mobil listrik ia tak lagi perlu memusingkan biaya untuk membeli bensin.
"Secara pribadi tertarik, untuk segi hemat biaya operasional," kata Fajar.
Namun, ia menilai langkah pemerintah tersebut belum tepat, karena sebetulnya masih banyak pos yang bisa disubsidi oleh pemerintah. Di sisi lain, Fajar juga menyarankan agar pemerintah terlebih dulu menata ekosistem kendaraan listrik.
"Walau subsidi menggiurkan, tapi ada rasa bersalah. Komentar saya, mobil listrik mah pemerintah fokus ke infrastruktur penunjangnya aja. Prioritasnya jangan malah banyakin jumlah penggunaan mobil listrik," ungkap dia.
Setali tiga uang, Muhammad Khadafi (32) menyatakan bahwa subsidi Rp80 juta itu belum membuatnya tertarik membeli mobil listrik. Terlebih di Indonesia kendaraan ini masih tergolong barang baru.
"Gue pribadi melihat harga sekarang sebenarnya diskon Rp80 juta masih kurang menarik ya, karena ini kan barang baru," jelas Khadafi.
Tidak hanya itu, layanan purnajual mobil listrik di Indonesia masih terkesan belum memadai. Ia khawatir apabila ada kerusakan pada mobil akan sangat sulit untuk dibenahi.
"Kita belum tahu masalahnya apa aja nanti. Kayak misal bagaimana kondisi baterainya setelah 3-5 tahun masa pakai," paparnya.
Ia mengatakan, yang menjadi pertimbangan terbesarnya sebelum membeli mobil listrik adalah harga dan seberapa lama mobil itu dapat dipakai.
"Udah pasti dari segi harga dan pertimbangan utama soal ketahanan si mobil listrik itu sendiri buat jangka panjang. Kalau ngomongin mobil konvensional kan udah jelas, asal dirawat berpuluh-puluh tahun juga masih bisa jalan itu mobil," katanya.
Chairul (45), juga mengaku tak tergoda dengan iming-iming subsidi dari pemerintah untuk membeli mobil listrik. Menurut dia ada salah satu faktor terbesar yang membuatnya tak membeli mobil listrik adalah infrastruktur pendukungnya.
"Sejauh ini SPKLU masih sedikit. Belum lagi kalau ada kerusakan, pasti masih sedikit bengkel yang mengerti soal mesin mobil listrik," tutup Chairul.