Sederet Kontroversi Nikuba yang Disebut Alat Pengubah Air Jadi BBM

CNN Indonesia
Minggu, 09 Jul 2023 16:36 WIB
Penemuan Nikuba tidak berjalan mulus di Indonesia. Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional dan pakar otomotif lain meragukan kinerja alat itu.
Nikuba disebut sebagai alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. (Ony Syahroni/detikJabar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nikuba yang diklaim sebagai alat pengubah air menjadi bahan bakar kembali viral setelah mendapat atensi dari mancanegara. Nikuba hasil tangan dingin pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel.

Penemuan Nikuba tidak berjalan mulus di Indonesia. Pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan pakar otomotif lain meragukan kinerja alat itu.

Untuk diketahui, Nikuba merupakan nama yang merupakan akronim dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Nama ini kemudian digunakan pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nikuba banyak terpasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Slw dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut. Temuan ini sebelumnya sempat viral pada Mei 2022.

Saat itu Aryanto mengklaim Nikuba mempunyai cara kerja sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil.
Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa sesuai dengan mesin kendaraan.

Nikuba memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM. Nikuba juga diklaim bisa menghemat konsumsi BMM yang semakin mahal harganya.

Hasil uji coba membuktikan, hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.

Berikut deretan fakta yang diungkap pakar dan BRIN terkait Nikuba:

Bukan pengganti BBM

Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju BRIN Deni Shidqi Khaerudin menjelaskan Nikuba bukan alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan melainkan untuk menghemat bahan bakar.

Menurut Deni konsep yang dipakai di Nikuba adalah menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.

HHO berfungsi menjadi penghemat bukan sebagai pengganti bahan bakar.

"Jadi bukan pengganti BBM, tapifuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik," kata Deni saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Ragukan 1 liter air

Hanya butuh 1 liter air untuk menggerakkan kendaraan dalam perjalanan dari Cirebon ke Semarang oleh Nikuba turut dibantah BRIN. Bagi Deni hal tersebut sangatlah meragukan.

"Ini beda dengan mobil buatan Honda Clarity dan Toyota Mirai yang menggunakan fuel cell. Dan tidak mungkin 1 liter air dipakai untuk menempuh 237 km jarak dari Cirebon ke Semarang," kata Deni.

Nikuba tak pengaruh buat kendaraan

Pakar lain dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim Nikuba. Nur menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan.

"Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan," kata Nur saat itu.

"Kemudian dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan," lanjut Nur.

Perlu riset lagi

Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN mengaku sudah mengetahui temuan alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan asal Cirebon itu sejak 2022. Ia juga telah mengirim tim untuk melihat lebih jauh karya tersebut dan hasilnya Nikuba perlu riset lanjutan.

"Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan," kata Handoko, Rabu (5/7).

Kata Handoko pengembangan Nikuba juga menjadi salah satu yang didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah. Dengan begitu segala penyempurnaan atas temuan anak bangsa ke depan mampu dilakukan secara bersama.

Handoko menambahkan semua pihak harus berhati-hati jika mengerjakan sebuah temuan berbasis ilmiah.

"Kalau di science kita harus berhati-hati, kita lihat bersama-sama, lakukan pengembangan sampai terbukti secara saintifik di komunitas ilmiah. Tapi kami dukung," kata dia.

Aryanto tak butuh pemerintah

Aryanto sendiri telah buka suara soal peran pemerintah atas temuannya. Ia mengumumkan dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya itu.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam sebuah wawancara televisi yang kemudian diunggah ke media sosial pada akun Instagram bernama Undercover.
"Saya tidak butuh mereka," kata Aryanto dikutip Minggu (9/7).

Ia mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini. "Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]



(ryh/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER