Jakarta, CNN Indonesia --
Nikuba mengundang banyak pertanyaan. Beberapa pihak ikut bersuara, tidak terkecuali para praktisi otomotif hingga kalangan pemerintah.
Mereka menilai alat Nikuba hasil kreasi pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel bukan pengganti bahan bakar. Namun ada juga yang percaya fungsi dari Nikuba.
Aryanto mencoba mempertahankan penemuannya itu hingga menimbulkan kontroversi. Berikut sederet kontroversi soal Nikuba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebut bukan pengganti BBM
Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju BRIN Deni Shidqi Khaerudin menjelaskan Nikuba bukan alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan melainkan untuk menghemat bahan bakar.
Menurut Deni konsep yang dipakai di Nikuba adalah menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.
HHO berfungsi menjadi penghemat bukan sebagai pengganti bahan bakar.
"Jadi bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik," kata Deni saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Ragukan 1 liter air
Hanya butuh 1 liter air untuk menggerakkan kendaraan dalam perjalanan dari Cirebon ke Semarang oleh Nikuba turut dibantah BRIN. Bagi Deni hal tersebut sangatlah meragukan.
"Ini beda dengan mobil buatan Honda Clarity dan Toyota Mirai yang menggunakan fuel cell. Dan tidak mungkin 1 liter air dipakai untuk menempuh 237 km jarak dari Cirebon ke Semarang," kata Deni.
Nikuba tak pengaruh buat kendaraan
Pakar lain dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim Nikuba. Nur menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan.
"Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan," kata Nur saat itu.
"Kemudian dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan," lanjut Nur.
Perlu riset lagi
Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN mengaku sudah mengetahui temuan alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan asal Cirebon itu sejak 2022. Ia juga telah mengirim tim untuk melihat lebih jauh karya tersebut dan hasilnya Nikuba perlu riset lanjutan.
"Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan," kata Handoko, Rabu (5/7).
Kata Handoko pengembangan Nikuba juga menjadi salah satu yang didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah. Dengan begitu segala penyempurnaan atas temuan anak bangsa ke depan mampu dilakukan secara bersama.
Handoko menambahkan semua pihak harus berhati-hati jika mengerjakan sebuah temuan berbasis ilmiah.
"Kalau di science kita harus berhati-hati, kita lihat bersama-sama, lakukan pengembangan sampai terbukti secara saintifik di komunitas ilmiah. Tapi kami dukung," kata dia.
[Gambas:Video CNN]
Janggal
Praktisi otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu merasakan sesuatu yang ganjil dari kemunculan Nikuba. Hal tersebut karena Aryanto sebagai sang penemu alat itu terlihat belum mematenkan karyanya, dan memilih gembar-gembor temuannya dahulu ke media massa.
"Logika sederhananya, jika invensi ini sahih, mengapa penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan yang bernama Nikuba itu tidak mematenkan dulu karyanya agar kekayaan intelektualnya terlindungi? Mengapa malah yang bersangkutan koar-koar ke media? Hal ini yang membuat saya jadi merasa ada sesuatu yang ganjil," kata Yannes.
Ia melanjutkan ada baiknya kontroversi terkait Nikuba ini dibuktikan secara ilmiah sebagai jalan keluar. Dengan begitu, masyarakat juga sekaligus mendapat informasi secara gamblang dan jelas yang berasal dari ahli-ahli pada bidang ini.
"Jadi, sebelum mengambil keputusan apakah Nikuba masuk akal atau tidak, disarankan untuk melibatkan pihak pakar energi atau lab yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang tersebut," ucap dia.
"Jadi, idealnya, masyarakat sebaiknya menunggu informasi yang lebih akurat dan valid mengenai kinerja Nikuba, disarankan mengacu pada sumber-sumber yang dapat dipercaya, seperti publikasi ilmiah, laporan penelitian, atau otoritas terkait di bidang tersebut," lanjut Yannes.
Bertolak ke Italia
Kendati banyak kontroverasi mencuat soal Nikuba, namun alat ini malah diklaim mendapat atensi dari mancanegara. Bahkan teknologi ini mendapat kesempatan untuk dikenal lebih jauh oleh sejumlah pabrikan otomotif asal Italia.
Aryanto Misel dan tim, akhirnya berangkat ke Milan pada 16 Juni dan mempresentasikan inovasinya pada 18 Juni 2023.
Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel Inf Adhe Hansen mengungkapkan pihak pabrikan otomotif juga telah mengadakan perjanjian kerja sama dengan pihak Nikuba.
"Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini," kata Adhe. Aryanto belum dapat dikonfirmasi lebih lanjut terkait hal tersebut.
Tidak butuh pemerintah
Di tengah heboh Nikuba 'go internasional', muncul sebuah cuplikan wawancara Aryanto yang menyebutkan jika ia tak butuh pemerintah untuk mengembangkan karyanya. Aryanto bilang alasannya karena kecewa kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini .
"Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau," ucapnya mengutip akun Undercover.
Aryanto pun berkeinginan mendanai risetnya lewat kerjasama dengan pihak asing yang memang tertarik atas temuannya. Dari sana ia mau mendanai sendiri pengembangan riset tanpa bantuan siapapun.
Aryanto berencana menawarkan Nikuba dengan harga Rp15 miliar.
Proses kerja Nikuba
Untuk diketahui, Nikuba merupakan nama yang merupakan akronim dari 'Niku Banyu' atau 'Ini Air'. Nama ini kemudian digunakan pada sebuah alat inovasi baru yang diklaim mampu mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.
Nikuba banyak terpasang pada motor Bintara Pembina Desa (Babinsa) Kodam III/Slw dengan tujuan memperoleh data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut. Temuan ini sebelumnya sempat viral pada Mei 2022.
Aryanto mengklaim Nikuba mempunyai cara kerja sangat sederhana. Nikuba mengandalkan generator elektrolisis yang mampu mengubah air menjadi energi mesin motor atau mobil. Air yang akan digunakan harus dipastikan tidak mengandung logam berat untuk bisa sesuai dengan mesin kendaraan.
Nikuba memisahkan Hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2) pada air (H2O) melalui proses elektrolisis. Hidrogen yang sudah terpisah dari O2 kemudian masuk ke ruang pembakaran kendaraan sebagai bahan bakar pengganti BBM. Nikuba juga diklaim bisa menghemat konsumsi BMM yang semakin mahal harganya.
Hasil uji coba membuktikan, hanya butuh 1 liter air yang telah dikonversi menjadi hidrogen melalui proses elektolisis Nikuba untuk bisa menjalankan kendaraan pulang-pergi dari Cirebon ke Semarang.