Heboh Dibantai dan Dijual Rp15 M, Berikut Sederet Kontroversi Nikuba

CNN Indonesia
Rabu, 12 Jul 2023 09:49 WIB
Nikuba menimbulkan kontroversi, ada yang percaya dan juga meragukan hasil karya Aryanto Misel tersebut.
Aryanto Misel sedang memasang Nikuba di sepeda motor operasional TNI. (Ony Syahroni/detikJabar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Nikuba mengundang banyak pertanyaan. Beberapa pihak ikut bersuara, tidak terkecuali para praktisi otomotif hingga kalangan pemerintah.

Mereka menilai alat Nikuba hasil kreasi pria asal Cirebon, Jawa Barat, bernama Aryanto Misel bukan pengganti bahan bakar. Namun ada juga yang percaya fungsi dari Nikuba.

Aryanto mencoba mempertahankan penemuannya itu hingga menimbulkan kontroversi. Berikut sederet kontroversi soal Nikuba.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebut bukan pengganti BBM

Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju BRIN Deni Shidqi Khaerudin menjelaskan Nikuba bukan alat penghasil hidrogen sebagai pengganti bahan bakar kendaraan melainkan untuk menghemat bahan bakar.

Menurut Deni konsep yang dipakai di Nikuba adalah menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.

HHO berfungsi menjadi penghemat bukan sebagai pengganti bahan bakar.

"Jadi bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, sebab tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik," kata Deni saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Ragukan 1 liter air

Hanya butuh 1 liter air untuk menggerakkan kendaraan dalam perjalanan dari Cirebon ke Semarang oleh Nikuba turut dibantah BRIN. Bagi Deni hal tersebut sangatlah meragukan.

"Ini beda dengan mobil buatan Honda Clarity dan Toyota Mirai yang menggunakan fuel cell. Dan tidak mungkin 1 liter air dipakai untuk menempuh 237 km jarak dari Cirebon ke Semarang," kata Deni.

Nikuba tak pengaruh buat kendaraan

Pakar lain dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto juga meragukan klaim Nikuba. Nur menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan.

"Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan," kata Nur saat itu.

"Kemudian dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan," lanjut Nur.

Perlu riset lagi

Laksana Tri Handoko, Kepala BRIN mengaku sudah mengetahui temuan alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan asal Cirebon itu sejak 2022. Ia juga telah mengirim tim untuk melihat lebih jauh karya tersebut dan hasilnya Nikuba perlu riset lanjutan.

"Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan," kata Handoko, Rabu (5/7).

Kata Handoko pengembangan Nikuba juga menjadi salah satu yang didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah. Dengan begitu segala penyempurnaan atas temuan anak bangsa ke depan mampu dilakukan secara bersama.

Handoko menambahkan semua pihak harus berhati-hati jika mengerjakan sebuah temuan berbasis ilmiah.

"Kalau di science kita harus berhati-hati, kita lihat bersama-sama, lakukan pengembangan sampai terbukti secara saintifik di komunitas ilmiah. Tapi kami dukung," kata dia.

[Gambas:Video CNN]



Sederet Kontroversi Nikuba

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER