Soebronto Laras (79), Komisaris Utama Grup Indomobil, telah berpulang pada Rabu (20/9). Dia bukan hanya pejabat tinggi perusahaan grup otomotif nomor dua di Indonesia saat ini tetapi juga pelaku sejarah yang memahat industri otomotif sejak 1970-an.
Semasa hidupnya Soebronto berkontribusi banyak pada industri otomotif dalam negeri, termasuk membesarkan Suzuki, Volkswagen, Audi, merancang mobil rakyat dan lainnya.
CNNIndonesia.com sempat berbincang dengan Soebronto di hari pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada Agustus lalu. Saat itu dia membicarakan tentang perkembangan anak asuhnya, Suzuki, Volkswagen serta dunia elektrifikasi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut kutipan percakapan 20 menit bersama Soebronto:
Saya enggak tahu, belum mengikuti benar, saya banyak di luar kota, jadi memang ada tanda tangan.
Ya kalau rasanya kalau mau masuk produk baru arahnya harus ke situ (produksi lokal). Artinya maunya pemerintah bukan impor, ya mestinya begitu, tapi kita mesti lihat.
Kenapa Great Wall? Ya sebetulnya yang namanya jodoh ya begitu. yang satu nyari yang satu. Ya seperti Mercy, Jaguar, Land Rover, Harley.
Mestinya kalau aturan main pemerintah mestinya dibuat di sini. Tapi apakah memungkinkan apa tidak ya kita belum bisa kasih jawaban.
Kebetulan kan saya kan istilahnya, saya chairman, jadi enggak ikut (memutuskan), biasanya direksi cuma lapor saja begini begitu.
Konteks: Grup Indomobil (Indomobil Sukses Internasional) pada 7 Juli 2023 mengumumkan perannya bersama Inchcape Plc sebagai distributor produsen mobil China, Great Wall Motor. Sebelumnya Indomobil juga telah mengambil alih merek Jaguar, Land Rover, Harley-Davidson dan Mercedes-Benz.
Sebetulnya kalau Suzuki motor punya peluang. Misalnya zaman sekarang mulai masuk model-model bebek yang gemuk, (Yamaha) Nmax dan segala macam, sebelumnya kan ada Suzuki Brugman.
Tapi kenapa berhenti Brugman ya itu juga aneh, kita mesti lihat. Kalau saya lihat Brugman itu bagus, 600 cc yang terakhir 200 cc, itu kan tapi enggak diterusin, sayang, enggak tahu (sebabnya).
Ya kita masih mencoba mempertahankan supaya (bisnis) motor itu tetap ada. Biar bagaimana pun juga kalau merek motor Jepang itu kan yang empat (Suzuki, Honda, Yamaha dan Kawasaki) kalau saya pribadi, saya melihat peluangnya bagus.
Kalau saya sih sebagai komisaris utama perusahaan harapan saya, saya suka motor, menurut saya potensinya bagus. Masyarakat kita kan banyak.
Masalahnya kan dulu waktu zaman saya terakhir melepaskan diri sebagai Presdir Suzuki. Saya lagi bikin yang namanya target market share 25 persen, 2008. Jadi 2008 Suzuki sama Yamaha undat-undit, Honda waktu itu kuasai 50 persen.
Yamaha sama Suzuki nih, waktu itu Kawasaki kecil. Kawasaki enggak berkembangnya sama, Kawasaki banyak bangkrut, importir terlibat penyelundupan. Jadi waktu itu ada Subaru dan Kawasaki, satu perusahaan, terlibat sehingga akhirnya enggak bisa jalan, orangnya masuk penjara kalau tidak salah.
Jadi kalau mau ngambil Kawasaki mesti ngambil perusahaannya, waktu itu nama perusahaannya Insan Apollo. Subaru juga.
Konteks: Divisi roda dua Suzuki di Indonesia tak bisa bersaing dengan merek Jepang lain seperti Honda dan Yamaha yang terus bergerak mengikuti zaman. Salah satu alasannya Suzuki dianggap lambat mengembangkan produk. Insan Apollo adalah importir sepeda motor Kawasaki pada 1970-an, direktur perusahaan ini dipenjara dalam kasus penyelundupan motor menghindari bea masuk.
Garuda Mataram Motor sudah sejak zaman dulu pegang VW. Dulu begini, sebetulnya waktu kita disuruh ngambil alih, karena sebetulnya riwayat Volkswagen itu kan dulu ada PT Piola, diambil Garuda Mataram. Garuda Mataram itu kan kostrad. Sesudah itu kita diminta untuk mengambil alih, jadi zaman dulu kan sebetulnya merek mobil itu enggak bisa pisah sama importirnya, namanya Agen Tunggal.
Agen Tunggal itu kawin, misalnya Suzuki sama Indomobil. Zaman saya kan sudah 50 tahun, sampai sekarang kan enggak ada yang (perusahaan) lain megang Suzuki.
Tapi kalau misalnya Volkswagen kan ada Piola, Garuda Mataram. Garuda Mataram akhirnya masih terus karena yang diambil Garuda Mataramnya karena peraturannya begitu dulu.
Kalau misalnya Nissan, kan ada lain yang pegang, orang Palembang. Nissan karena yang itu enggak jalan, diambil alih sama purnawirawan ABRI, namanya Wahana Wirawan. Terus Wahana Wirawan juga menyerahkan ke Indomobil, jadi kita pegang, pemegang sahamnya.
Dulu yang namanya peraturan pemerintah kita itu diberlakukan sejak 1976, merek mobil sama agen tunggalnya itu kawin. Waktu itu sederhananya begini, kalau orang beli merek Suzuki, siapa penanggung jawabnya? Indomobil. Kalau Indomobil misalnya bangkrut enggak bisa orang lain ngambil, mesti ngambil Indomobilnya.
Kayak saya misalnya, dulu Suzuki itu Indo Hero, itu kan motor Suzuki. Waktu Indo Hero enggak jalan, yang saya ambil bukan Suzukinya saja tapi Indo Heronya. Itu bagusnya pemerintah kita dulu, jadi kawin supaya bertanggung jawab. Sekarang kalau sudah beli mobil Suzuki, sudah tahu yang tanggung jawab siapa.
Sekarang ini bebas, merek-merek mobil itu bisa diimpor siapa saja. Jadi peraturan impor itu berubah. Tapi ribut-ribut itu sesudah ada masalah sama WTO (World Trade Organization) segala macam gara-gara waktu itu masalah mobil Timor.
Konteks: PT Piola adalah agen tunggal dan importir mobil Volkswagen pada 1950-an, lalu keagenan diambil alih Garuda Mataram Motor. Indomobil mengakuisisi Garuda Mataram Motor pada 1980-an. Indomobil mengambil alih distribusi dan keagenan motor Suzuki dari Indo Hero pada 1976.
Belakangan ini ya sudah mulai macam-macam. Saya misalnya baca di koran, oh mobil listrik mau masuk dibebaskan bea masuk. Ya kita cuma dengar saja kayak begitu, kita pelajari, kita cuma bikin catatan saja kondisinya kayak begini.
Bukan apa-apa itu kan bahaya juga, industrinya dong. Karena saya lama jadi ketua Gaikindo waktu zaman kita lagi bangun industri, hampir 10 tahun saya. Waktu itu yang namanya aturan main jelas, kalau tidak punya pabrik ya jangan mimpi.
Kalau menurut saya begini, karena waktu saya mau bangun Suzuki, itu kan enggak gampang, karena saya harus ambil alih perusahaan Indo Hero. Itu kan motor nah yang terlibat motor, ada kasus sehingga saya ambil alih Indo Heronya.
Lalu Suzuki saya ajak bicara gimana kalau bikin mobil. Makanya zaman dulu mobil pikap bikin yang murah, ST10, kita bilang ke Jepang, ini enggak cocok kekecilan, jadilah ST20, yang 2 silinder mesin 2 tak jadi 3 silinder. CC-nya juga dari 400 cc jadi 500 cc.
2 tak itu kalau bicara maintenance jauh lebih gampang dari combustion engine karena enggak ada klep segala macam. Dulu kita bahagia makanya kita bikin ST20, Carry, kita jadikan angkot di setiap kota besar, 2 tak jago tanjakan.
Ya ini yang kita wait and see, pabrik mobil di Indo setahu saya kapasitas produksinya kira-kira 3 juta. Suzuki saja punya 300 - 400 ribu, utilitas 100 ribu unit, seperempat. Kan berat itu.
Ya kita sih maunya yang 300 ribu sudah kita bangun itu dipakai dong, bisa dipakai tergantung pabrik dari Jepang bisa enggak suplai kita, karena kita kan enggak bisa buat sendiri jadi harus impor.
Dulu zaman saya enggak ada India, sekarang tahu-tahu ada India saja, Maruti itu 2 juta. Sekarang mau bikin 4 juta unit.
Yang sekarang lagi dipelajari, buat bikin pabrik mobil listrik, kita enggak punya ya sekarang, kita mau jual mobil listrik kita bikin mobil listrik. Itu satu mobil saja kira-kira 3 miliar dollar. Satu produk.
Ya, duitnya dari mana? Terus terang saja, kejadian 1997-1998, sebelum itu semua memaksakan diri untuk investasi, jadi Indomobil Group juga bangun pabrik komponen saja ada berapa, sedikitnya ada 12-15, termasuk salah satunya transmisi, itu peraturan harus lokal.
Bikinlah kita pabrik transmisi, kira-kira 25 tahun yang lalu. Sampai sekarang belum bisa jual, transmisinya, karena enggak ada paksaan. Dulu dipaksa, 1976.
Kapan Suzuki punya mobil listrik? Kita mesti punya ahli. Prinsipal sih pasti mereka merahasiakan apa yang mereka lakukan, Maruti kalau 4 juta mobil pasti bisa. kita yang mesti punya duit, kita mesti beli, bangun pabrik mesti ada duitnya. Dulu kita mulai full CKD kan ada yang bikin komponen knock down, jadi ya memang.
Masih lama? Insyaallah panjang umur, sudah 80 tahun nih.
Konteks: Kementerian Perindustrian pada awal Agustus menyatakan pajak impor mobil listrik CBU akan dipangkas jadi nol persen khusus bagi investor yang berkomitmen.
Maruti Suzuki adalah produsen mobil Suzuki di India. Perusahaan ini menyatakan bakal meningkatkan produksinya dari 2 juta unit menjadi 4 juta unit pada 2031.