Tokyo, Jepang, CNN Indonesia --
Perjalanan Toyota sebagai produsen mobil paling disegani dunia terus bertumbuh dan mengalami transformasi sejak hampir satu abad silam.
Semua bermula dari kegelisahan Sakichi Toyoda muda pada era 1880-an.
Pemuda desa kelahiran Kosai, Shizuoka 1867 itu kelak menjadi bagian dari pionir modernisasi Jepang dalam transisi peradaban menuju era industrialisasi di negeri matahari terbit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sakichi adalah anak dari seorang tukang kayu yang tumbuh di tengah geliat inovasi dunia Barat. Dia menyerap semangat perkembangan zaman dari selebaran berita pada saat itu.
Sakichi ingin turut berinovasi, tapi tak tahu apa yang mesti dia garap.
Sampai pada suatu malam, Sakichi terhenyak mendengar suara hentakan kayu yang berulang di ruang tengah rumahnya.
Dengan setengah mengendap di balik bilik, Sakichi mengintip ibunya sedang menenun dengan alat tenun kayu yang masih sangat tradisional. Seketika dia sedih melihat ibunya masih bekerja tengah malam untuk membantu tambahan penghasilan keluarga.
Benturan detak kayu yang berulang dari alat tenun yang dihentak ibunya itu terus terngiang sepanjang malam di benak Sakichi.
Dari situ lah ide Sakichi muncul: membuat inovasi alat tenun otomatis untuk mempermudah kerja ibunya.
 Prasasti penanda tanah kelahiran Sakichi Toyoda di Kosai, Shizuoka, Jepang. Foto: CNN Indonesia/ Gilang Fauzi |
Syahdan, pada musim gugur 1890, penemuan sukses pertama Sakichi tercapai. Alat ini dikenal sebagai Toyoda Wooden Hand Loom System (Alat Tenun Tangan Kayu Toyoda). Di usia 24 tahun Sakichi menerima paten pertamanya untuk alat tersebut.
Menyusul kemudian tahun 1896, alat tenun listrik pertama di Jepang yang terbuat dari baja dan kayu, berhasil disempurnakan oleh Sakichi. Mesin ini relatif murah dan sangat efektif meningkatkan produktivitas dan kualitas.
Sejak itu lah penemuan Sakichi berkembang dan menjelma menjadi perusahaan besar.
Memasuki 1910, Sakichi memulai perjalanan observasi ke Amerika Serikat dan Eropa untuk menambah khazanah referensi riset dan pengembangan inovasi.
Sepulang dari pengembaraan, Sakichi kembali mendirikan pabrik tenun pada 1911 yang dioperasikan secara independen sebagai tempat pembuktian penemuannya di Noritake-Shinmachi, Nishi, Nagoya.
 Alat tenun buatan Sakichi Toyoda di Jepang. CNN Indonesia/ Gilang Fauzi |
Setelah serangkaian penemuan baru dan uji coba komersial, Alat Tenun Otomatis Toyoda Tipe G rampung dibuat pada 1924, lebih dari 30 tahun sejak Sakichi bertekad mengabdikan hidupnya pada dunia riset.
Produsen mesin tekstil terkemuka di dunia saat itu, Platt Brothers & Co., Ltd., dengan penuh kekaguman menyebut mesin rancangan Sakichi tersebut sebagai "alat tenun ajaib".
Perusahaan besar asal Inggris itu pun membeli hak paten mesin tenun tersebut untuk hak produksi dan pemasaran di beberapa negara pada 1929.
Uang hak paten dari Platt Brothers of Oldham £100.000 pada saat itu menjadi modal bagi Kiichiro Toyoda, putra sulung Sakichi, untuk mendanai proyek yang ia sukai yakni manufaktur mobil, setahun sebelum Sakichi meninggal dunia pada Oktober 1930.
Berlanjut ke halaman selanjutnya...
Kiichiro Toyoda adalah putra tertua Sakichi kelahiran 1894 yang tumbuh sebagai anak dengan minat tinggi terhadap ilmu pengetahuan.
Kiichiro bergabung dengan perusahaan tenun ayahnya setelah menerima gelar dari Fakultas Teknik Tokyo Imperial University departemen Teknik Mesin pada 1920.
Pada saat itu Kiichiro bertanggung jawab untuk membuat peralatan mesin dan suku cadang untuk alat tenun industri.
Dalam misi pengembangan riset perusahaan ayahnya, Kiichiro melakukan perjalanan ke San Francisco, London, dan Oldham, pada 1921-1922 untuk mempelajari industri pemintalan dan pertenunan yang lebih berkembang di sana.
Tak disangka, perjalanan untuk mempelajari teknologi industri pertenunan itu malah membuat Kiichiro tertarik pada industri mobil yang tengah berkembang pesat di Barat.
 Penandatanganan resmi perjanjian antara Toyoda dan Platt Brothers of Oldham, 1929 (ANTARA/HO/Toyota) |
Bukan tanpa alasan, selagi berkunjung ke Negeri Paman Sam, ia melihat kemajuan yang luar biasa pada industri otomotif, melalui mobil-mobil yang diciptakan olehFord dan Chevrolet. Sementara di tanah kelahirannya pada saat itu masih menggunakan gerobak untuk alat transportasi manusia.
Kiichiro ingin mengubah bisnisnya menjadi produsen mobil dengan memanfaatkan teknologi baru, yang ia yakini akan sangat bermanfaat bagi perekonomian Jepang.
Kunjungan ke Eropa dan Amerika Serikat itu akhirnya mengonfirmasi keyakinannya untuk merambah inovasi di dunia otomotif.
Maka pada 1929, hasil penjualan paten alat tenun £100.000 dari Platt Brothers of Oldham dipercayakan oleh Sakichi untuk modal awal Kiichiro mendanai proyek manufaktur mobil.
Tekad untuk mendiversifikasi bisnis pembuatan alat tenun keluarga Toyoda bertepatan dengan rencana pemerintah Jepang untuk mengembangkan industri otomotif dalam negeri.
Kiichiro pun mendirikan divisi otomotif di Toyoda Automatic Loom Works pada tahun 1933, selepas ayahnya meninggal dunia pada 1930.
 Kiichiro Toyoda (ANTARA/Pamela Sakina) |
Uang yang didapat dari hasil menjual paten alat tenun itu digunakan oleh Kiichiro untuk modal tim bentukannya meriset dan merombak ulang mesin 6-inline Chevrolet Stovebolt yang ia boyong langsung dari Amerika.
Tak terhitung berapa kali kegagalan tim Kiichiro dalam misi merintis perusahaan otomotifnya tersebut. Banyak orang yang meragukan ambisi Kiichiro pada saat itu.
Tapi Kiichiro tetap teguh pada pendiriannya.
Setelah melewati ribuan kali kegagalan upaya memformulasikan mesin mobil, tim Toyoda akhirnya mampu melakukan perbaikan pada kepala silinder dan intake manifold, yang pada gilirannya berhasil menghasilkan tenaga lebih besar pada produk ciptaannya sendiri.
Prototipe pertamanya adalah Toyoda Model A1, kemudian truk Toyoda Model G1. Truk ini secara historis penting sebagai kendaraan produksi Toyoda pertama, juga menjadi model pertama yang berhasil diekspor ke pasar luar negeri.
Keuntungan dari model ini mendorong pengembangan dan produksi selanjutnya dari sedan Toyoda Model AA dan bus Model DA.
Bisnis baru Toyoda berkembang pesat dan melampaui posisinya sebagai anak perusahaan.
 Toyota Model AA Sedan di Toyota Kuragaike Commemorative Hall, Jepang. CNN Indonesia/ Gilang Fauzi |
Pada 1937, Kiichiro memutuskan untuk berekspansi dengan melebarkan bisnisnya dari sektor tekstil ke sektor otomotif dengan membuat pabrik mobil dan mulai merintis Toyota Motor Company, sebagai anak perusahaan Toyoda Automatic Loom Works.
Kiichiro mengubah nama perusahaannya dari Toyoda menjadi Toyota, karena dianggap lebih memiliki keburuntungan secara marketing, dan lebih mudah ditulis dalam huruf Jepang.
Setahun kemudian, Koromo Plant didirikan sebagai fasilitas produksi khusus Toyota pertama. Operasional dimulai pada November 1938, dengan staf sebanyak 5.000 orang dan kapasitas produksi 2.000 unit per bulan.
Sejarah baru Toyota sebagai produsen mobil terkemuka di Jepang pun memasuki babak baru.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
Kiichiro meninggal dunia pada Maret 1952, hanya beberapa bulan setelah dia terjun dalam misi terakhirnya mengembangkan kendaraan penumpang pertama yang kelak namanya melegenda: Toyota Crown.
Butuh waktu hampir tiga tahun pengembangan bagi Toyota selepas kepergian Kiichiro, sampai akhirnya Toyopet Crown Model RS resmi dirilis dan dijual pada 1955.
Crown kala itu menjadi mobil buatan Jepang pertama yang mengaspal di Amerika Serikat dan mendapat sambutan baik dari seluruh dunia.
Setelah peluncuran Crown, Toyota pun secara agresif mengembangkan bisnis pembuatan mobil dan melakukan ekspansi produksi ke berbagai mancanegara.
 Toyota Crown generasi pertama di Toyota Kuragaike Commemorative Hall, Jepang. CNN Indonesia/ Gilang Fauzi |
Toyota sejak saat itu menjelma menjadi raksasa produsen mobil terkemuka dengan kualitas produksi yang paling disegani di mata dunia.
Mobil-mobil buatan Toyota mendapat kepercayaan konsumen sebagai kendaraan paling reliable karena prinsip perusahaan yang senantiasa menjaga kualitas produksi dan konsisten mengutamakan pengembangan riset dan inovasi produk.
Terbukti, sebuah riset mengungkap hampir 80 persen mobil Toyota yang terjual pada 20 tahun lalu masih beredar di jalanan karena build quality-nya yang berumur panjang.
Toyota menjelma menjadi raksasa otomotif dan telah membuka cabang di lebih dari 170 negara. Pada paruh pertama 2023, Toyota menjadi penjual mobil terbesar sebanyak 5,4 juta unit, melampaui Volkswagen AG Jerman dan saingan lainnya pada periode Januari-Juni untuk tahun keempat berturut-turut.
Kini, Toyota Motor Corporation (TMC) dipimpin oleh Koji Sato, yang resmi menjabat sebagai Presiden dan CEO, sejak 26 Januari 2023.
Pergantian direksi tersebut terjadi setelah cucu dari Kiichiro Toyoda, yakni Akio Toyoda, mundur sebagai pemimpin perusahaan pembuat mobil terlaris dunia itu.
 Toyota bertransformasi menjadi perusahaan mobilitas dengan komitmen pengurangan emisi karbon. CNN Indonesia/Gilang Fauzi |
Perubahan itu ditujukan untuk memfokuskan Toyota dalam teknologi kendaraan listrik dan menavigasi industri di masa depan.
Toyota pun kini telah bertransformasi dari perusahaan kendaraan menjadi perusahaan mobilitas (mobility company).
Di bawah kepemimpinan Koji Sato, Toyota berkomitmen mengembangkan bisnis dengan berkolaborasi bersama berbagai mitra bisnis dan memajukan inisiatif di bidang electrification & carbon neutral, intelligence, dan diversification guna meningkatkan pilihan dan metode pengurangan emisi karbon.