Honda Prospect Motor (HPM) menyatakan pemerintah perlu menggelontorkan insentif di tengah masa sulit penjualan mobil akibat tekanan ekonomi dan lemahnya daya beli masyarakat.
Yusak Billy, Sales & Marketing and After Sales Director HPM, meyakini pemerintah tak akan tinggal diam melihat kondisi pasar otomotif yang saat ini dapat dikatakan tak menentu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya sekarang kan pemerintah tentunya berupaya juga untuk meningkatkan penjualan otomotif, yang kami dengar akan ada deregulasi, insentif fiskal, supaya investment untuk otomotif meningkat dan fokus pada penjualan otomotif di Indonesia agar lebih atraktif dan kompetitif," kata Billy di ICE BSD pekan kemarin.
"Jadi ya saya rasa itu perlu. Apalagi dengan keadaan kondisi seperti ini insentif diperlukan," ujarnya lagi.
Billy tak berbicara lebih jauh saat ditanya spesifik insentif apa yang diinginkan Honda. Ia menyerahkan hal itu kepada asosiasi dan pemerintah secara penuh.
Tak hanya Honda, penguasa pasar mobil Indonesia juga menyebut mereka butuh bantuan insentif dari pemerintah untuk memulihkan pasar.
Dukungan insentif pada masa sulit seperti sekarang dinilai dapat membuat industri lebih bergairah sehingga dapat memberi angin segar pada sektor otomotif.
"Nah yang kedua ini kami berharap sebenarnya, kami omongnya makro ini. Karena bagaimana pun otomotif itu salah satu industri yang mencerminkan kondisi makro. Jadi kalau makro membaik, industri otomotif ya membaik," Jap Ernando Demily, Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor (TAM).
"Makanya kami berharap pemerintah bisa merumuskan diskusi dengan pemangku kepentingan salah satunya industri, bagaimana melalui kebijakan fiskal maupun nonfiskal, kita sama-sama mikirin supaya makro lebih bergairah," kata Jap lagi.
Jap memberi contoh bentuk insentif yang diharapkan, yaitu Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah.
Kebijakan itu dinilai mampu meningkatkan penjualan mobil secara singkat di Tanah Air pada medio krisis pandemi Covid-19 di Indonesia. Karena aturan itu penjualan mobil kembali ke level 1 juta unit setahun.
Sementara kini penjualan mobil di Indonesia hanya berada pada level 800 ribuan unit.
"Itu adalah satu contoh bagus, pembebasan PPnBM," kata Jap.
Penjualan mobil semester I 2025
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mencatat retail atau penjualan langsung ke konsumen pada Januari-Juni 2025 berjumlah 390.467 unit atau turun 9,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sementara wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer mengalami penyusutan 8,6 persen menjadi 374.740 unit, dari sebelumnya mencapai 410.020 unit.
Penurunan lebih tajam terlihat pada Juni 2025 yang penjualan retailnya mencapai 61.647 unit, namun pada Juni 2024 para anggota Gaikindo berhasil mengemas penjualan sebanyak 70.290. Sedangkan wholesales menyusut 22,6 persen dari 74.618 unit pada Juni 2024 menjadi 57.760 unit pada Juni 2025.
Bila ditinjau secara bulanan yaitu Mei dibanding Juni 2025, wholesales mobil nasional juga mengecil menjadi 57.760 unit, padahal sebelumnya atau Mei berjumlah 60.612 unit.
Penjualan hanya meningkat berdasarkan pencapaian retail Juni dengan kenaikan penjualan hanya 340 unit dibanding Mei 2025.
(ryh/fea)