Jakarta, CNN Indonesia -- Saat kecil, kita bingung mengungkapkan apa yang terjadi pada tubuh saat tiba-tiba merasa bulu di tubuh meremang. Kulit tiba-tiba pucat, pori-pori kulit merapat dan bulu halus pada kulit tiba-tiba berdiri.
Keadaan itulah yang sering disebut merinding. Bila teman-teman selesai berenang dan beranjak dari kolam, seringkali saat diterpa angin, tubuh jadi merinding karena kedinginan.
Di lain cerita, merinding sering kali dikaitkan dengan adanya keberadaan hantu. Benarkah demikian? Mengapa kedua hal tersebut menimbulkan reaksi yang sama, padahal keadanya berbeda, lalu apa yang menyebabkan seseorang merinding? Kedinginan atau benar karena ada hantu?
Alasannya adalah fisiologis emosi. Menurut penelitian, merinding merupakan reaksi emosi yang diwariskan dari nenek moyang kita, di zaman nenek moyang. Merinding membantu mereka untuk menakuti lawan atau menunjukkan keadaan yang sedang marah. Tapi saat diaplikasikan pada manusia modern saat ini, hal tersebut tidaklah berpengaruh apapun.
Saat merinding, pori-pori yang menonjol disebabkan oleh kontraksi otot miniatur yang melekat pada setiap akar rambut-rambut halus di permukaan kulit. Otot-otot tersebut berkontraksi menciptakan depresi dangkal pada permukaan kulit yang menyebabkanya menonjol.
Bagi hewan yang memiliki bulu tebal pada tubuhnya, merinding mengakibatkan rambut-rambutnya mengembang dan terlihat lebih besar dari lawannya. Bagi manusia yang tidak memiliki bulu selebat hewan, hanya dapat melihat reaksi merinding pada permukaan kulit.
George A.Bubenik, seorang ahli fisiologi dan profesor zoologi di University of Guelph di Ontario juga menambahkan reaksi emosi yang meluap semacam rasa takut yang diciptakan dalam imajinasi kita tanpa sadar merilis hormon stres yang disebut adrenalin.
Hormon adrenalin tersebut diproduksi dalam dua kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Tidak hanya menyebabkan kontraksi otot kulit tetapi juga mempengaruhi reaksi tubuh lainnya.
Hormon ini biasanya dilepas dalam keadaan yang stres, misalkan tubuh terlalu dingin, takut, marah, gembira, sedih atau emosi lainnya yang cukup kuat. Bahkan dapat disusul pula oleh reaksi tubuh lainnya, seperti munculnya air mata, gemetar, dan tekanan darah meningkat.
(ded/ded)