Partai Golkar yang saat ini berada di barisan koalisi Merah Putih bersama Prabowo Subianto dinilai masih bisa berubah haluan politik. Hal ini dikemukakan oleh Nusron Wahid yang belum lama ini dipecat oleh Golkar karena bersikap berseberangan dengan partai dengan mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014.
“Pengaruh Jusuf Kalla sebagai tokoh senior Golkar dan wakil presiden terpilih dapat sangat menentukan (arah koalisi Golkar),” kata Nusron di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (26/8). Menurutnya, Golkar masih berpeluang bergabung di pemerintahan Jokowi.
Faktor JK, ujar Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor itu, juga bisa mempengaruhi waktu berlangsungnya Musyawarah Nasional Partai Golkar, meskipun Ketua Umum Aburizal Bakrie semalam mengumpulkan 30 Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golkar tingkat provinsi dan mengklaim memperoleh mandat dari mereka untuk menggelar munas pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Itu kan sekarang, nanti juga situasi bisa berubah,” kata Nusron. Menurutnya, cara pandang pengurus Golkar pun bisa berubah.
Sebelumnya, anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Fahmi Idris juga mengeluarkan pernyataan serupa. Ia tak yakin munas Golkar akan digelar tahun 2015 seperti ucapan Ical. Pasalnya, ada beberapa faksi yang saling berseteru di tubuh Golkar.
Fahmi mengatakan tak semua DPD I Golkar mendukung Munas digelar 2015. Namun ia menolak menyebut DPD Golkar mana saja yang ingin Munas dipercepat tahun 2014 karena bisa membuat sejumlah orang di partainya terpojok.
“Pokoknya kondisi masih bisa berubah. Namanya saja dinamika,” kata Fahmi yang berniat mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Golkar di Munas.
Sementara terkait pemecatan Nusron oleh DPP Golkar, ia telah mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan mengirim surat ke Komisi Pemilihan Umum. “Agar diklarifikasi apakah putusan pemecatan itu final atau tidak. Kalau dianggap final, KPU akan memproses. Kalau tidak, belum akan diproses,” kata Nusron.
Untuk diketahui, Nusron terpilih kembali menjadi anggota DPR periode 2014-2019 dari Golkar. Tapi caleg dari daerah pemilihan Jawa Tengah II itu terancam tak bisa melenggang ke Senayan karena kini dipecat partainya. Padahal Nusron termasuk salah satu caleg yang mengantongi suara terbanyak nasional.