Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak pada turunnya kepuasan publik terhadap pemerintah. Berdasarkan hasil riset Lingkaran Survei Indonesia, popularitas presiden Joko Widodo anjlok pasca keputusan kenaikan harga BBM.
"Belum genap 100 hari pemerintahannya, kepuasan terhadap Jokowi merosot drastis pasca kenaikan harga BBM," kata peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana, saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Jumat (21/11).
Ade mengatakan, kepuasan masyarakat terhadap Jokowi hanya mencapai 44,94 persen. Presentase itu cukup rentan karena bersaing dengan ketidakpuasan masyarakat yang mencapai 43,82 persen. Sementara sisanya 11,24 persen menyatakan tidak tahu alias abstain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi lebih banyak dirasakan oleh masyarakat berpendidikan rendah dengan tingkat ekonomi kelas menengah bawah. "Namun mereka yang berpendidikan tinggi dan berada di kelas menengah atas cenderung tidak puas," ujar Ade.
Survei LSI itu dilakukan melalui
quick poll pada 18-19 November. Survei dilaksanakan di 33 provinsi dengan menggunakan metode
multistage random sampling. Responden yang dilibatkan mencapai 1.200 orang dengan
margin error sebesar +/- 2,9 persen.
Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK di Pemilu Presiden 2014 lalu. Sebanyak 48,59 persen menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi, sedangkan 42,58 persen menyatakan tidak puas.
"Ini mengindikasikan Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca kenaikan BBM," kata Ade.