Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kembali mengungkit kiprahnya semasa aktif di militer saat jaman orde baru. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengaku dia dulu yang mengejar orang-orang yang justru mendukungnya menjadi presiden.
"Saya pernah didukung tokoh-tokoh nasional, Amien Rais, Akbar Tandjung. Mereka memperjuangkan demokrasi di jalanan waktu muda, keluar masuk penjara, dikejar intel. Saya tahu karena dulu saya yang kejar mereka," kata Prabowo dalam pidato pelantikan pengurus DPP Gerindra di Jakarta, Rabu (8/4).
Bukan hanya politikus senior Partai Amanat Nasional dan Golkar itu yang pernah dikejar-kejar Prabowo. Mantan aktivis yang kini jadi kader di partainya juga pernah diburunya karena melawan rezim yang berkuasa saat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pius (Lustrilanang) mana, Desmon (J Mahesa), Widjono, dulu saya kejar sekarang jadi wakil ketua umum (Gerindra)," kata Prabowo. Para aktivis ini yang membangun demokrasi. Namun meski begitu TNI menurutnya yang memimpin reformasi.
Para mantan aktivis tersebut, kata Prabowo yang kini tergabung dalam Koalisi Merah Putih mencalonkannya sebagai calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2014.
Sebuah kehormatan baginya menjadi calon presiden meski harus berakhir kekecewaan dengan kalahnya ia oleh Joko Widodo. Ia belum bisa menghapus kekeceweaan tersebut. "Kecewa dengan sikap hakim yang tidak membuka dan mempertimbangkan bukti yang kami ajukan," katanya.
Namun kekecewaan itu menurut Prabowo dikesampingkan demi kepentingan bangsa. Joko Widodo sebagai presiden terpilih, mandataris rakyat tetap dihormati. "Kami tokoh KMP bahkan menawarkan dukungan," katanya.
Sebagai Danjen Kopassus, Prabowo pernah dituding sebagai dalang penculikan beberapa aktivis di tahun 1997 hingga 1998. Para pelaku penculikan adalah anggota TNI yang tergabung dalam Tim Mawar. Para anggota tim ini sudah diadili dan diberi sanksi.
Dewan Kehormatan Militer sempat disebut memecat Prabowo atas kasus penculikan aktivis ini. Namun hal ini dibantah Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon yang mengatakan bahwa Prabowo diberhentikan dengan hormat dari militer. (Baca juga:
KontraS: Dokumen DKP ABRI Penting untuk Usut Kasus HAM)
(sur)