Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak pihak mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera melakukan reshuffle kabinet dalam waktu dekat ini untuk membawa perubahan. Apalagi kondisi ekonomi Indonesia tidak menunjukkan hal yang menggembirakan.
Kendati banyak desakan, Direktur Eksekutif Study For Indonesia Government Indepth (SIGI) Medrial Alamsyah mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak gegabah mengambil keputusan. Sebab, jika ia salah langkah, ia akan menjadi sasaran banyak pihak.
"Dia hanya punya kesempatan sekali ini. Dia harus memilih menteri yang mempunyai kapasitas dan loyalitas kepada dia," kata Medrial saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (8/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan untuk mendapatkan dampak perubahan yang besar, Medrial mengatakan tidak cukup hanya melakukan reshuffle. Jokowi juga harus meningkatkan kapasitas dirinya dalam melakukan koordinasi.
"Tidak cukup melakukan reshuffle memilih orang yang baik dan persoalan selesai. Jokowi juga harus meningkatkan kapasitas dalam melakukan koordinasi. Ini masalah dia. Tidak ada alasan untuk tidak tahu atau tidak baca," ujarnya.
Medrial menilai ada beberapa kesalahan yang dilakukan Jokowi di awal masa pemerintahannya yang membuat pemerintahannya sedikit terguncang. Untungnya saat ini sudah ada perubahan.
"Di awal Jokowi melawan meremehkan DPR dan politisi dengan tidak mau datang ketika diundang, melarang menteri untuk datang ke DPR. Itu sempat mengganggu, membuat dibawah menjadi bingung," kata Medrial.
Menyesuaikan Program Dengan Kondisi EkonomiTidak hanya perubahan dalam sisi kabinet, Medrial juga menyarankan agar Jokowi melakukan beberapa perombakan dalam program prioritasnya.
Pengamat birokrasi dan kebijakan publik itu menilai, harus ada beberapa penyesuaian dalam program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Jika tidak, bukan tidak mungkin situasi Indonesia tidak berubah meski menteri-menterinya telah diganti.
"Kalau program dari sisi orientasinya kepada pembangunan infrastruktur menurut saya arahnya sudah benar tapi juga harus realistis," kata Medrial.
"Sekarang pertumbuhan ekonomi lambat, pengangguran meningkat berarti pembangunan harus yang bisa menyerap lapangan kerja lebih banyak. Kan tidak bisa menunggu jembatan atau tol jadi tapi rakyat perutnya kosong," ujarnya.
(utd/utd)