Jakarta, CNN Indonesia -- Mahkamah Kehormatan Dewan DPR memutarkan rekaman pembicaraan yang diduga terjadi antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha Muhammad Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.
Rekaman diperdengarkan Rabu petang (2/12) dalam sidang pemeriksaan MKD terhadap Menteri ESDM Sudirman Said selaku pelapor kasus dugaan pelanggaran kode etik oleh Setya Novanto terkait pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden dalam lobi perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia.
Berikut transkrip rekaman tersebut yang telah beredar luas di masyarakat:
MS: Maroef Sjamsoeddin
SN: Setya Novanto
MR: Muhammad Riza Chalid
SN: Kalau semen itu Pak, pada akhirnya bisa dibangun di situ gak, di Timika? Kalau seandainya presiden sudah setuju. Udah, Pak Ketua kita di sini, tapi harus janji di Timika, sesuai permintaan itu bangun pabrik semen di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
MS: Pak, masalah lahan di Papua itu juga masalah besar. Masalah hak ulayat itu susah. Pak Riza mau bangun di sana, berhubungan sama yang punya, Pak Iza sudah bayar. Nanti pamannya datang kamu bayar ke dia, saya mana. Datang lagi keponakannya. Itu yang bikin perang suku Pak.
MR: Itu mirip di Padang. Sama kalau di Padang.
MS: Kepastian hukumnya tidak ada. Ada kebon sawit besar bagus cantik udah jadi Pak. Tiba-tiba ditutup sama gubernur katanya merusak alam. Kasihan Pak buat investor. Itu orang nggak jadi males menginvestasi.
MR: Sama Pak. Gila itu. Itu waktu Riza mengondisikan ngurusi gula, sudahlah begini begini, dia sudah kuasai lahan Pak, pada waktu itu. Beda kongsi. Gua ketawa aja. Makan dulu, kalau udah jalan 5 tahun baru saya ambil.
MS: Diganggu?
MR. Ya enggaklah. Dia juga memulai itu jalan pelan-pelan sekarang. Miliknya Antam. Akhirnya dia bikin pabrik gula di NTT. Hmm begitu
MS: Ati-ati Pak. Betul Pak.
SN: Ngeri, makanya bolak-balik situ.
MR: Tentara
MS: Saya sudah dari 1983 sudah ke Papua.
SN: Oh oke.
MS: Saya sudah tahu Papua, bagaimana antropologinya. Hati-hati Pak, gak semudah itu.
SN: Ya ya yaa. Percaya, Pak.
MS: Gak semudah itu Pak Papua. Mengedukasi mereka untuk merasa bahwa mereka akan dibangun untuk kesejahteraan mereka, tidak mudah Pak. Cost-nya tinggi Pak, betul. Kita bangun sekolah, minta dibangun rumah sakit. Tapi kalau ajak pers, hormat bapak. Masak kita sinterklas terus.
MR: Itu ya Freeport pernah bangun pagar yang bagus, yang indah itu buat di gedung. Itu yang bikin perusahaan gua. Punya pabrik di Bandung. Itu besinya di bawa pakai pesawat ke sana. Pegawai saya di bawa pakai pesawat. Gak tahu masih ada apa enggak sekarang. Loe bayangin, tukang-tukang gua naik pesawat.
MS: Anu itu memang soal sikap mental Pak.
MR: Sadis itu, memang tidak gampang.
MS: Kalau mau pembebasan lahan itu tidak mudah lho pak. Kalau tidak salah itu tiga kabupaten untuk PLTA itu.
MR: Kalau itu mudah-mudahan bisa cepat. Karena...
MS: Yang anti sama gubernur juga banyak lho pak. Yang dulu sakit hati sama gubernurnya sekarang sudah mulai kuat loh Pak.
MR: O ya.
MS: Iya. Wagub itu belum tentu bisa jalan sama gubernurnya.
SN: Papua sama Papua Barat.
MS: Papua. Coba tolong dimatangkan mengenai saham.
MR: Yang saham. Soal saham itu, saya bicara ke Pak Luhut. Kita sudah bicara. Weekend saya ketemu. Biar Pak Luhut yang bicara ke Bapak.
SN: Biar cepat selesai.
MR: Kan ini long weekend, Hari minggu nanti, saya temui Pak Luhut, bisa minggu malam. Biar Pak Luhut cek dan kita…. Saya yakin itu.
SN: Presiden sudah dikasihkan ke Pak Luhut itu berapa kali. Si Darmo, kalau bapak denger cerita di dalam. Apa yang kita inginkan bisa, presentasi ke presiden tiap hari.
SN: Presentasi ke Presiden setiap hari.
MR: Kalau memang gawat keadaannya, saran saya jika mau malam sabtu atau malam minggu.
SN: Besok.
MR: Why not. Pak Luhut oke. Kita ketemu sama Pak Maroef, hari minggu malam. Kita ngumpetlah. Seeeeeeeet dia action minggu depan. Nggak lama Pak. Next week two week. Bisa kau angkat akhir Juni selesai urusan. Begitu ini selesai ini saham bisa
SN: Saya sih yakin itu karena presiden sendiri kasih kode begitu dan itu berkali-kali. Yang urusan kita di DPR, itu kita ketemu segitiga, Pak Luhut, saya dan presiden. Akhirnya setuju. Ngomongnya gini presiden. Saya sudah ketemu presiden cocok itu. Pengalaman ya, artinya ini demi keberhasilan semua. Ini belum tentu bisa dikuasai menteri-menteri, yang gini-gini. Enggak ngerti malah bapak
MS: Ada lobbies-nya.
SN: Strategi.
MS: Ini Henry Kisinger-nya.
SN: Henry Kisinger hahahaa.
MR: Kita ini orang kerja, strateginya. Jadi Freeport jalan, Bapak itu bisa terus happy, kita ikut-ikutan bikin apa. Kumpul-kumpul. Gua gak ada bos, nggak usah gedek-gedek. Ngapain gak happy. Kumpul-kumpul. Kita golf. Gitu, Kita beli private jet yang bagus, representative. Apalagi.
SN: Iya.
MR: Buat kita itu tak ada yang rakus. Ini mutual benefit, konsepnya mutual benefit. Barangnya kita semua. Kita semua kerja. Freeport 51 kasih kita lokal, support financing. Ya Pak.
SN: Kalau Freeport menjamin, semua juga gampang. Semua bank langsung kasih.
MR: Kan itu buat tambang.
SN: Otomatis, merem aja itu.
MR: Lumayan ini, untuk kumpul-kumpul paling 1 juta Dollar.
SN: Hayyaah.
MR: Saya ikut masuk ke Dharmawangsa ini, cost yang mereka bawakan sudah, tapi masih gedean mereka porsinya. Terlalu lama mereka itu boros. Saya yakin Freeport pasti jalan. Kalau sampai Jokowi nekat nyetop, jatuh dia.
MS: Yang jadi itu Amerika. Nggak diterima di Amerika.
Berlanjut ke transkrip rekaman bagian V.
(agk)