Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana arena persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan jelang putusan kasus dugaan pelanggaran etik Setya Novanto memanas. Ada suguhan drama baru yang dipertontonkan DPR pada detik-detik jelang putusan sang pemimpin parlemen.
Anggota MKD Akbar Faizal memecah riuh rendah keramaian arena persidangan saat mengutarakan dirinya baru saja dinonaktifkan dari MKD. Politikus NasDem itu kini jadi teradu di majelis kehormatan dewan setelah diadukan oleh seterunya dari Partai Golkar, Ridwan Bae.
"DPR hari ini mempertunjukkan sebuah tontonan yang memalukan. Saya akan melawan," ujar Akbar naik pitam.
Kolega Akbar di Partai NasDem, Taufiqulhadi menduga langkah yang diambil oleh internal MKD saat ini ibarat 'serangan fajar' jelang putusan Setya Novanto. Akbar yang selama ini paling keras menyuarakan sanksi terhadap Setya telah dijegal langkahnya agar tidak terlibat dalam pengambilan keputusan di internal MKD.
Menurut Taufiq, saat ini ada pihak yang tidak ingin pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah mufakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada skenario untuk voting, untuk dikalahkan hasilnya. Agar dinyatakan Pak SN (Setya Novanto) tidak ada pelanggaran apapun. Di mana ada niatan mengeluarkan Akbar Faizal dari voting," kata Taufiq.
Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu yang dikenal kerap mengeluarkan kritik pedas pun angkat suara. Dia mengaku geram jika putusan MKD kali ini berbuah antiklimaks dan membebaskan Setya Novanto dari sanksi pelanggaran etik.
"Kalau minta saham tidak dianggap kesalahan, ya ramai kita cari saham biar rusak sekalian Republik ini. Jadi kalau ada 560 anggota DPR dan masing-masing minta saham di empat perusahaan menengah maka paling tidak ada 2.240 perusahaan yg sahamnya di miliki anggota DPR. Ngeri, hancur republik ini," kata Adian.
(bag)