Diplomat Inggris Habiskan Rp 1,7 Miliar untuk Kursus Twitter

CNN Indonesia
Rabu, 27 Agu 2014 14:49 WIB
Etika dan optimalisasi media sosial tampaknya diperhatikan betul oleh pemerintah Inggris. Sampai-sampai, para diplomat di sana diikutsertakan dalam kursus menggunakan Twitter dan media sosial lainnya.
London, CNN Indonesia -- Etika menggunakan media sosial tampaknya diperhatikan betul oleh pemerintah Inggris. Sampai-sampai, para diplomat di sana diikutsertakan dalam kursus menggunakan Twitter.

Pembelajaran mengenai Twitter dan media sosial lainnya dilakukan oleh kontraktor eksternal dan seorang konsultan transformasi digital Nixon McInnes. The Foreign and Commonwealth Office (FCO), menghabiskan £92,574 atau hampir Rp 2 miliar sejak kelas tersebut dimulai 2010 lalu.

Diikuti oleh staf FCO di London dan luar negeri, kelas ini 'membedah' media sosial tentang kegunaannya, salah satunya untuk berkomunikasi dengan pemerintah asing dan publik mengenai kebijakan-kebijakan dari FCO sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media sosial juga akan diberdayakan untuk informasi situasi krisis, seperti penyerangan teroris di pusat perbelanjaan Kenya dan Tsunami Jepang.

“Media sosial diharapkan dapat menjadi portal untuk mengetahui opini publik dan rakyat sipil terkait isu politik luar negeri,” ujar perwakilan dari FCO, dilansir dari Telegraph, dan dikutip CNN Indonesia, Rabu (27/8).

Menurut pengakuan McInnes, selama pembelajaran di kelas, para diplomat dan staf juga ditekankan agar memanfaatkan portal media sosial untuk percakapan dan berpartisipasi di dalam kegiatan online masyarakat. Hal ini dianggap sangat berguna untuk menciptakan citra perusahaan yang baik.

FCO mengadakan program ‘chats’ di Twitter dengan diplomat, di antaranya Mark Lyall Grant, dubes Inggris untuk PBB.

Dikabarkan FCO juga menghabiskan £5,400 atau Rp 104 juta sejak 2010 untuk pelatihan tiga menteri tentang bagaimana melakukan wawancara di televisi dan radio.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER