Kontroversi Pluto Kembali Menghangat

CNN Indonesia
Sabtu, 04 Okt 2014 10:44 WIB
Pluto diakui mengeilingi matahari. Namun lantaran ukurannya kecil, beberapa pihak menganggapnya tak layak disebut planet.
Ilustrasi pesawat antariksa (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdebatan mengenai Pluto bisa disebut planet atau bukan kembali mencuat.

Sejak astronom Clyde Tombaugh di Observatorium Lowell di Flagstaff, Arizona, AS, menemukan planet kecil yang diberi nama Pluto pada 18 Februari 1930, masyarakat dunia sepakat bahwa tata surya diisi oleh sembilan planet.

Kemudian, datanglah International Astronomical Union (IAU), kelompok yang memberi nama untuk planet-planet. Pada 2006, ia datang dengan beberapa klasifikasi atas benda langit yang bisa dikategorikan sebagai planet. Kelompok ini lantas memutuskan Pluto bukan sebuah planet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sini dipercaya bahwa tata surya hanya ada delapan planet: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.

Salah seorang yang tidak pernah terima penurunan pangkat Pluto ini adalah Alan Stern, peneliti utama pesawat New Horizons, pesawat ruang angkasa pertama yang dikirim ke Pluto oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada Agustus 2014.

Menurutnya, hampir tidak ada alasan menganggap Pluto bukanlah planet. Stern mengatakan meskipun ukuran Pluto lebih kecil dari planet lainnya, pergerakan orbit Pluto terbukti mengelilingi matahari sehingga sangat layak menjadi sebuah planet.

"Jika Bumi berada di tempat Pluto sekarang, bisa jadi Bumi tidak akan dianggap sebagai planet," kata Stern seperti dikutip dari CNN.

Pada 18 September lalu, bagian Astrofisikia di Harvard-Smithsonian Center kembali menelaah perdebatan ini dan memutuskan bahwa Pluto layak dikategorikan sebagai planet.

IAU sendiri mengakui Pluto mengelilingi matahari, namun para astronom di sana mengatakan ukuran Pluto terlalu kecil untuk sebuah planet.

Dalam hal ini, Stern menganggap bahwa kajian mengenai Pluto seharusnya dilakukan oleh para ilmuwan planet, bukan astronom. "International Astronomical Union seharusnya tidak pernah berpura pura memiliki keahlian untuk masuk dalam perdebatan ini. Ini masalah bagi para ilmuwan planet, bukan astronom," ujar Stern.

Bukan hanya Pluto, status sejumlah planet juga masih diperdebatkan. Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars yang berbatu, Jupiter dan Saturnus yang dianggap sebagai gas raksasa, dan Uranus dan Neptunus sebagai es raksasa.

Stern memeringatkan bahwa apa yang dipakai sampai saat ini tentang jumlah dan nama planet sangat terbatas pada data  yang dikumpulkan pada akhir 1990-an. “Sekarang kita tahu bahwa ada banyak jenis planet,” tegasnya.

Jika nanti New Horizons tiba di Pluto pada Juli 2015, mungkin hasil foto dan informasi lain akan mengakhiri perbedatannya tentang dunia kecil ini, planet atau bukan?

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER