Jakarta, CNN Indonesia -- Gerhana bulan total dengan warna merah darah yang diprediksi terjadi 8 Oktober mendatang mengundang rasa cemas masyarakat.
Banyak pihak yang menduga bahwa gerhana ini akan memicu terjadinya bencana alam. Namun, Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antarisa Nasional (LAPAN) menyangkal hal tersebut.
Menurutnya, gerhana bulan berwarna merah darah ini adalah hal yang biasa terjadi dalam dunia astronomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat tidak perlu khawatir, gerhana ini tidak memicu bencana," ujar Thomas ketika dihubungi CNN Indonesia, Jumat (3/30).
Thomas melanjutkan bahwa beberapa kajian memang menyatakan gerhana bulan dapat memicu terjadinya gempa bumi hingga letusan gunung. Namun menurutnya tidak sepenuhnya kajian ini benar.
"Memang sebagian kajian mengatakan akan memicu bencana, tapi sebenarnya tidak semua gerhana bulan seperti itu," kata Thomas.
Bahkan menurut Thomas, gerhana bulan total yang akan terjadi pada 8 Oktober mendatang tidak memberikan dampak bagi cuaca dan iklim di Indonesia. Dampak yang terjadi hanyalah pasang surut air laut yang dinilai wajar.
"Tenang saja, gerhana ini adalah kejadian alam yang biasa terjadi. Jika masyarakat ingin melihat dengan mata telanjang pun aman aman saja," lanjut Thomas.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan terjadi gerhana bulan total pada 8 Oktober mendatang. Gerhana bulan total yang berwarna merah nanti akan terjadi selama 30 menit dengan bulan berada dalam posisi tertutup total pada pukul 17.54 WIB.