Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menunjuk Muhammad Nasir sebagai Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti) periode 2014-2019. Sebelumnya, Nasir adalah Rektor Universitas Diponegoro, Semarang.
Nasir terpilih menjadi rektor pada akhir September lalu dan rencananya akan dilantik 18 Desember 2014. Sebelum mendapat kepercayaan menjadi rektor, Nasir lebih dulu menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ia juga pernah menjabat sebagai Pembantu Rektor II di Universitas Diponegoro.
Ketika terpilih sebagai rektor, Nasir memiliki visi universitas yang dipimpinnya berkembang sebagai perguruan tinggi berbasis riset. Ia juga bercita-cita membentuk komunitas peneliti mahasiswa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat menjabat sebagai Dekan, Nasir punya target Undip bisa jadi kampus kelas dunia dengan cara mengelola aset kampus dengan baik, benar dan terpadu, berupa rumah sakit, pusat penelitian, hingga laboratorium.
Akademisi Dimitri Mahayana dari Institut Teknologi Bandung, menilai, posisi Nasir sebagai Menristek dan Dikti sudah tepat karena ia punya pengalaman sukses mengembangkan Fakultas Ekonomi Undip.
“Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah para manager-manager. Dan Pak Nasir cocok menjadi manager untuk urusi riset dan pendidikan tinggi,” ujar Dimitri saat dihubungi
CNN Indonesia.
Ia pun menilai langkah Presiden Jokowi menggabungkan riset teknologi dan pendidikan tinggi sangat tepat. Karena, selama ini aktivitas riset mayoritas dilakukan oleh kampus-kampus. Penggabungan ini dapat memberi bekal kepada mahasiswa agar memahami betul soal riset sebelum mereka masuk ke dunia usaha atau kerja.
Nasir lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 27 Juni 1960. Ia mengantongi gelar doktor dari University of Science di Penang Malaysia dan beberapa gelar sebelumnya dia dapatkan di Universitas Diponegoro (S-1) dan Universitas Gadjah Mada (S-2).
Ayah dari empat anak itu juga dikenal memiliki jaringan yang luas dan mampu bergaul dengan berbagai lapisan dan struktur organisasi.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksono Tri Handoko, berharap Nasir dapat melakukan reposisi kelembagaan tubuh Kementerian Ristek dan Dikti sebagai program 100 hari.
Pembagian penelitian harus diperjelas agar sejumlah penelitian tidak tumpang-tindih pelaksanaannya. Lembaga-lembaga yang melakukan penelitian juga harus dibagi sesuai tujuan.
Kementerian Ristek dan Dikti sebelumnya bernama Kementerian Riset dan Teknologi. Sebelumnya, kementerian ini ditempati oleh Gusti Muhammad Hatta yang memiliki latar belakang kehutanan, ada pula Suharna Surap