KABINET JOKOWI

Menristek Diminta Tingkatkan Dana Penelitian

CNN Indonesia
Selasa, 28 Okt 2014 13:04 WIB
Dana penelitian selama ini hanya 0,9 persen dari APBN atau sekitar Rp 10 triliun sudah termasuk gaji. Di negara lain, dana penelitian telah lebih dari 1 persen.
Serah terima jabatan Kementrian Riset dan Teknologi di Gedung BPPT, Selasa 28 Oktober 2014 (Gito Yudha Pratomo/CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, berharap agar penerusnya Mohammad Nasir dapat mengupayakan peningkatan anggaran agar dapat membiaya penelitian yang dibutuhkan.

Hal ini dikatakan Gusti pada Selasa (28/10) dalam acara serah terima jabatan kepada Nasir yang kini menjabat sebagai Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti).

Menurut Gusti, anggaran penelitian di Indonesia selama ini hanya 0,9 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau sekitar Rp 10 triliun sudah termasuk gaji.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah itu dinilai Gusti sangat kurang untuk menutupi penelitian. Sedangkan di negara lain anggaran minimal untuk melakukan penelitian telah lebih dari 1 persen.

“Penelitian harus terus dikembangkan agar terasa manfaatnya. Dana penelitian tidak sedikit dan mahal," lanjut Gusti.

Kemenristek dan Dikti ini merupakan salah kementerian yang mengalami perubahan nomenklatur. Dari sisi anggaran, kementerian ini akan mendapat alokasi anggaran yang digeser dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Selain itu, Gusti juga mengingatkan agar penelitian yang dilakuan Kemenristek dan Dikti di masa depan dapat membuahkan hasil akhir dan dapat diaplikasikan, sehingga bukan sekadar purwarupa.

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Dimitri Mahayana, mengakui bahwa anggaran yang diterima Kementeristek selama ini sangat kecil. Untuk mengatasi masalah itu, Dimitri berpendapat kementerian harus melakukan penelitian yang bisa dirasakan manfaatnya kepada masyrakat.

“Jadi, penelitiannya jangan jauh-jauh ke langit, tapi harus benar-benar membumi dan bisa diimplementasikan,” tegas Dimitri saat dihubungi CNN Indonesia.

Ia menambahkan, dengan digabungnya bidang riset dan teknologi dengan pendidikan tinggi ini, pemerintah punya kesempatan menjadikan perguruan tinggi sebagai basis riset. Apalagi, selama ini perguruan tinggi termasuk lembaga yang paling sering melakukan penelitian.

Menanggapi saran-saran itu, Nasir berkata pihaknya akan tetap bekerja sesuai dengan anggaran yang ada namun diharapkan bisa memberi hasil maksimal. “Kita akan bekerja berdasarkan nilai dan hasil, bukan terpaku anggaran,” ujar Nasir.
Sebelum dilantik jadi Menristek dan Dikti, Nasir sebelumnya dipercaya sebagai Rektor Universitas Diponegoro, Semarang, dan rencananya akan dilantik 18 Desember 2014. Kala itu, Nasir punya visi universitas yang dipimpinnya berkembang sebagai perguruan tinggi berbasis riset juga membentuk komunitas peneliti mahasiswa.

Ia lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 27 Juni 1960. Ia mengantongi gelar doktor of Science di Penang, Malaysia, dan beberapa gelar sebelumnya dia dapatkan di Universitas Diponegoro dan Universitas Gadjah Mada.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER