Jakarta, CNN Indonesia -- Muhammad Nasir dipilih untuk membawahi dua kementerian, Riset Teknologi (Ristek) dan Pendidikan Tinggi (Dikti). Ini adalah hal baru di Indonesia.
Menggabungkan dua kementerian tersebut memang dinilai tepat, tapi prosesnya tidak mudah. Nasir mengatakan bahwa penggabungan ini akan memakan waktu, dan para anggota diharapkan dapat beradaptasi dengan entitas yang telah disatukan itu.
"Reorganisasi adalah hal yang harus dilakukan pada 100 hari pertama. Agar bisa melakukan penyesuaian dan bergerak," ujar Nasir ketika ditemui saat serah terima jabatan Menristek di Gedung BPPT, Selasa (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana Nasir untuk memasukan reorganisasi dalam program 100 hari kerja disambut baik Menteri Riset dan Teknologi periode sebelumnya, Gusti Muhammad Hatta.
"Penggabungan ini adalah hal baru. Agar tidak ada hambatan dan bisa bekerja cepat, harus ada pembiasaan," ujar Gusti ditemui di tempat yang sama.
Keputusan Presiden Joko Widodo untuk menggabungkan Ristek dan Dikti memang dinilai tepat oleh beberapa pihak. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksono Tri Handoko mengatakan, sejumlah negara telah menggabungkan antara bidang pendidikan dan riset agar berada dalam naungan satu kementerian.
"Kita sudah lihat secara global di negara lain. Sudah banyak yang melakukan seperti ini," ujar Laksono.
Pendidikan tinggi menjadi sebuah lembaga yang paling sering melakukan penelitian. Maka, penggabungan ini memungkinkan pemerintah menjadikan perguruan tinggi sebagai basis riset.
Selain soal reorganisasi Ristek dan Dikti, Nasir mengaku masih menyimpan sejumlah program lain yang rencananya akan disampaikan setelah berunding dengan pejabat eselon terkait.