PERANTI LUNAK

Orang Jenius Khawatir dengan Kecerdasan Buatan

CNN Indonesia
Kamis, 04 Des 2014 07:39 WIB
Elon Musk dan Stephen Hawking khawatir dengan peranti lunak kecerdasan buatan. Namun, para pembuat kecerdasan buatan mengatakan teknologi ini bisa dikendalikan.
Pendiri perusahaan Tesla Motors dan SpaceX, Elon Musk, adalah orang yang dengan tegas menentang pengembangan teknologi kecerdasan buatan karena dinilai membahayakan manusia. (Getty Images/Bryan Mitchell)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah orang yang dinilai jenius mengaku khawatir dengan pengembangan peranti lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Mereka khawatir peranti lunak ini membuat sebuah komputer sadar akan dirinya, mengumpulkan wawasan yang mereka pelajari, dan berkembang di luar kendali manusia.

Salah seorang jenius, Elon Musk, secara jelas menentang pengembangan kecerdasan buatan. Menurutnya, kemajuan teknologi dalam membuat kecerdasan buatan kini semakin cepat dan manusia bisa saja terancam dengan kehadiran kecerdasan buatan ini di masa depan.

"Ini bukan masalah yang tidak saya mengerti. Saya sudah terbiasa dengan teknologi dan sering membahas isu ini dalam beberapa bulan," kata Musk seperti dikutip dari Mashable, pada November lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu bukan pertama kalinya Musk menentang kecerdasan buatan. Sebelumnya, Musk berkomentar bahwa teknologi ini akan menjadi lebih berbahaya dari senjata nuklir bahkan ia memprediksi bahwa kecerdasan buatan akan menjadi "Terminator" yang dapat memusnahkan kehidupan manusia.

"Perusahaan yang mengembangkan kecerdasan buatan telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan. Mereka mengenali bahaya ini, tetapi percaya bahwa mereka dapat membentuk dan mengontrol super intelijensi digital dan mencegah hal yang buruk dalam proses melahirkan diri kecerdasan buatan di internet. Itu masih harus diperhatikan," ujarnya.

Musk sering disebut sebagai Tony Stark atau Iron Man dari dunia nyata karena ide-de briliannya. Ia adalah salah seorang pendiri PayPal. Kini, ia mendirikan perusahaan mobil listrik Tesla Motors dan perusahaan penerbangan ruang angkasa komersial SpaceX.

Kekhawatiran Stephen Hawking

Musk bukan satu-satunya jenius yang khawatir dengan kecerdasan buatan. Fisikawan ternama Stephen Hawking juga mengungkap kekhawatirannya atas kecerdasan buatan.

Hawking mengaku takut atas konsekuensi sebuah penciptaan yang bisa menandingi atau melampaui manusia. "Ia akan lepas landas dengan sendirinya, dan melakukan desain ulang pada titik yang semakin meningkat," katanya seperti dikutip dari BBC News, Selasa (2/12).

Hawking menilai bahwa peranti lunak kecerdasan buatan berpotensi mengembangkan dirinya sendiri dengan cepat. Sementara manusia dibatasi oleh evolusi biologis dan keberadaannya terancam oleh kecerdasan buatan.

"Manusia yang dibatasi oleh evolusi biologis yang lambat, tidak bisa bersaing, dan akan tergantikan," ungkapnya.

Kecerdasan buatan bisa dikendalikan?

Rollo Carpenter, pencipta peranti lunak kecerdasan buatan Cleverbot, mengatakan bahwa teknologi macam ini dapat memecahkan banyak masalah. Ia percaya para pembuat kecerdasan buatan bakal sopan dan bertanggung jawab atas teknolog yang dibuatnya.

Cleverbot sendiri merupakan aplikasi yang dapat berbicara dengan manusia. Peranti lunak ini belajar dari percakapan masa lalunya dengan manusia, dan telah memeroleh nilai tinggi dalam tes.

Carpenter berkata saat ini manusia masih berada jauh dalam mengembangkan komputasi atau algoritma untuk membuat kecerdasan buatan yang hebat. Namun, ia percaya manusia bakal mencapai hal itu dalam beberapa dekade mendatang.

"Kita tidak bisa cukup tahu apa yang akan terjadi jika komputer melebihi kecerdasan kita sendiri. Jadi, kita tidak bisa tahu apakah kita akan lebih dibantu, atau diabaikan, atau hancur oleh pikiran mereka itu," kata Carpenter kepada BBC News.

Ia percaya bahwa kecerdasan buatan bakal menjadi kekuatan positif.

Sejauh ini, peranti lunak kecerdasan buatan yang populer dipakai manusia adalah aplikasi asisten pribadi di ponsel pintar seperti Siri buatan Apple, Google Now buatan Google, dan Cortana buatan Microsoft.

Gambaran bahaya di film fiksi ilmiah

Sejumlah gambaran tentang masa depan kecerdasan buatan telah digambarkan dalam film fiksi ilmiah. Film Her yang diproduksi pada 2013 dan dibuat oleh sutradara Spike Jonze memerlihatkan seorang kesepian yang memiliki hubungan dekat dengan sistem operasi kecerdasan buatan. Sistem operasi ini diberi nama Samantha.

Dalam membuat film Her, Jonze mengaku terinspirasi dari artikel yang ia baca tentang Cleverbot pada tahun 2000-an.

Selain Her, ada pula fim Transcendence karya sutradara Wally Pfister yang dirilis pada April 2014. Film ini mengisahkan kecerdasan buatan yang memiliki kesadaran diri dan mampu mengembangkan diri atas apa yang mereka pelajari di luar kendali manusia.

Ketika telah mencapai tahap tersebut, manusia menyadari bahwa peranti lunak macam ini membahayakan eksistensi mereka. Manusia pun berjuang untuk memusnahkannya.

Dalam dunia nyata, DeepMind merupakan salah satu perusahaan yang mengembangkan secara serius teknologi kecerdasan buatan. Raksasa teknologi Google telah mengakuisisi perusahaan asal London tersebut sebesar US$ 400 juta pada Januari 2014, menurut laporan Re/code.

Di situs web DeepMind, perusahaan mengatakan misinya untuk menggabungkan "teknik terbaik dari pembelajaran dan sistem mesin neurosains untuk membangun algoritma pembelajaran untuk keperluan umum yang kuat."

Baru-baru ini, Google mengaku sedang mengembangkan peranti lunak dengan tingkat kecerdasan buatan yang tinggi. Ia dapat mendeskripsikan sebuah gambar dengan akurat.

Bahkan nantinya peranti lunak ini ditargetkan bisa "melihat" gambar dan memberi tanggapan dengan cara yang kurang lebih sama dengan pola pikir manusia.

Meskipun saat ini masih dalam tahap pengujian, rencananya dalam jangka panjang Google akan membuat peranti lunak ini untuk membantu tunanetra dalam mendeskripsikan visual dengan akurat.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER