Shanghai, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi Huawei berusaha memperkuat pangsa pasarnya dalam bisnis ponsel pintar global di dunia dengan membuat produk yang sesuai dengan standar telekomunikasi Amerika Serikat (AS) dan standar keamanan konsumen atas peralatan elektronik di Eropa.
Pengujian standar industri itu dilakukan Huawei di Global Compliance and Testing Center (GCTC) dan Protocol Lab yang berada di pusat penelitian dan pengembangan di Shanghai, Tiongkok.
Standar telekomunikasi dari AS dibuat oleh lembaga di Negeri Paman Sam itu yang bernama Federal Communications Commision (FCC), sementara standar keamanan konsumen atas perangkat elektronik di Eropa dibuat oleh Uni Eropa. Produk yang telah melewati dua standar itu biasanya dibubuhi penanda dengan simbol seperti huruf FCC dan CE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senior Tester Engineer Huawei, Yang Cheng Jun menjelaskan, ujian pertama yang dilakukan untuk memenuhi standar itu ada pada tahap Specific Absorption Rate (SAR). "Ujian ini mengetahui tingkat radiasi sebuah perangkat terhadap manusia," ujar Cheng Jun saat ditemui di kantor pusat penelitian dan pengembangan Huawei di Shanghai, Senin (15/12), waktu setempat.
Di sini, performa komponen antena pada ponsel diganggu dengan berbagai jenis gelombang radio. Ponsel dimasukkan ke sebuah ruangan khusus di mana manusia tak boleh masuk karena terdapat radiasi di sana.
Jika tingkat radiasinya aman untuk konsumen, maka produk yang sedang diteliti dan dikembangkan itu kemudian dibawa ke Protocol Lab.
Cheng Jun menjelaskan, di sana Huawei memiliki 14 mesin simulator yang berbeda jenis dan model untuk menguji produk ponsel pintar yang akan dipasarkan. "Mesin-mesin ini menguji standar telekomunikasi mulai dari teknologi 2G, 3G, 4G, dengan basis komunikasi GSM dan CDMA," jelasnya.
Ia menambahkan, bahwa mesin-mesin tersebut dibuat oleh produsen dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan Jepang.
Baterai sebagai sumber energi listrik yang menopang daya hidup ponsel juga turut diteliti. Huawei memasang standar baterai bisa berjalan normal di suhu 55 derajat Celcius sampai minus 40 derajat Celcius. Baterai pada ponsel diuji dengan dimasukkan ke mesin yang dapat memberi panas atau dingin melebihi suhu di atas.
"Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui daya tahan baterai di kondisi beragam cuaca," kata Cheng Jun.
Jika sebuah produk belum memenuhi standar dari AS dan Eropa maka mereka akan membenahi serta memperbaiki sistem yang jadi sumber masalah. Jika telah lulus uji standar, sistem pada ponsel itu akan digunakan untuk produk-produk mendatang yang akan dilepas ke pasar, termasuk Eropa dan AS yang menjadi kawasan penting bagi perusahaan teknologi.
Perangkat konsumen (termasuk ponsel pintar) menjadi bisnis penting bagi Huawei karena menjadi sumber pendapatan terbesar kedua untuk perusahaan. Dari total pendapatan Huawei pada semester pertama 2014 sebesar US$ 39,5 miliar, sebanyak 22 persen di antaranya disumbang dari bisnis ponsel pintar.
Bisnis yang memberi kontribusi terbesar bagi Huawei masih ditempati oleh perangkat infrastruktur telekomunikasi sebesar 75 persen, sementara bisnis solusi teknologi informasi untuk korporasi menempati urutan ketiga sebesar 6 persen.
Sejak tahun 2013, Huawei mengklaim sebagai produsen ponsel pintar terbesar ketiga di dunia setelah Samsung dan Apple.
Selain merilis ponsel dengan merek dagang Huawei, perusahaan juga melayani pemesanan ponsel dari pihak ketiga di mana produk konsumennya tidak mencantumkan logo Huawei dengan jelas, seperti pada beberapa model ponsel pintar yang sempat dirilis operator telekomunikasi di Indonesia, yaitu Smartfren dan Esia.