LAPORAN DARI TIONGKOK

Mahasiswa Indonesia Belajar 4G LTE di Markas Huawei

CNN Indonesia
Rabu, 17 Des 2014 14:24 WIB
15 mahasiswa dari enam kampus di Indonesia dibawa Huawei untuk memperlajari teknologi 4G LTE langsung di kantor pusat mereka.
Sebanyak 15 mahasiswa dari Indonesia sedang belajar di salah satu laboratorium di pusat pelatihan Huawei di kota Shenzhen, Tiongkok, Selasa, 12 Desember 2014. (CNN Indonesia/Aditya Panji).
Shenzhen, CNN Indonesia -- Sebanyak 15 mahasiswa dari enam kampus di Indonesia berkesempatan memelajari teknologi informasi dan komunikasi di kantor pusat Huawei di Tiongkok. Mereka juga berkesempatan belajar soal jaringan mobile generasi keempat Long Term Evolution (4G LTE) yang mulai dikomersialkan oleh operator seluler di Indonesia.

Mahasiswa-mahasiswi ini berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan Universitas Telkom.

Selama dua pekan, sejak 8 Desember 2014, Huawei mengajak 15 mahasiswa untuk mengunjungi kantor mereka yang berada di kota Beijing, Shanghai, dan Shenzhen.
Mahasiswa program pascasarjana jurusan telekomunikasi di ITB, Saleh Hafid mengatakan, pelatihan ini memberi gambaran nyata soal teknologi terkini 4G LTE. Karena, lanjut Saleh, ada beberapa hal yang belum disampaikan dalam perkuliahan di kampus-kampus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menilai pelatihan memberi pengetahuan lebih soal cara kerja 4G LTE pada base transceiver station, efisiensi spektrum frekuensi, hingga transmisinya.

"Kami dikenalkan dengan alat-alat terbaru. Program seperti ini akan membantu kami menentukan fokus keahlian," kata mahasiswa yang kini berusia 26 tahun tersebut kepada CNN Indonesia.
Pelatihan macam ini telah menjadi program tanggung jawab sosial Huawei Indonesia yang bekerjasama dengan Telkom dan Telkomsel sejak tiga tahun lalu.

Head of Corporate Social Responsibility Huawei, Holy Ranaivozanany, percaya bahwa pendidikan menjadi kunci untuk kemajuan industri telekomunikasi. "Di sini kami juga mengajarkan bagaimana cara menganalisa masalah teknis serta memberikan solusinya," jelas Holy saat ditemui CNN Indonesia di kantor pusat Huawei di Shenzen, Selasa (16/12).

Beberapa mahasiswa yang ikut program macam ini, disebut Holy, bahkan direkrut menjadi karyawan Huawei karena perusahaan meliha mahasiswa tersebut punya potensi besar.
Huawei kini memiliki 150 ribu karyawan di seluruh dunia, dan 70 ribu di antaranya atau hampir setengahnya bekerja dalam departemen penelitian dan pengembangan (R&D).

Perusahaan yang didirikan pada 1987 tersebut kini memiliki 16 pusat R&D, termasuk di Perancis, Rusia, Swedia, India, hingga Amerika Serikat. Di negara asal, Huawei memiliki pusat R&D di kota Shenzhen dan Shanghai.

Departemen R&D inilah yang kemudian menjadi perhatian besar mahasiswa Indonesia. Mahasiswa teknologi informasi dari ITS, Putu Harum Bawa, berpendapat bahwa departemen ini akan menjadi penentu masa depan produk atau layanan sebuah perusahaan.

"Ketika melihat ada kesempatan di masa mendatang, sudah seharusnya perusahaan meneliti kesempatan itu dan mencari keunggulan tersendiri bagi produknya," tegas Putu yang berasal dari Bali.

Huawei menganggarkan setidaknya 10 persen dari total belanja modal tahunan untuk divisi penelitian dan pengembangan.

Pada 2013, Huawei menganggarkan sebesar US$ 5,1 miliar untuk penelitian 5G yang diharapkan bisa mendukung bisnis di masa depan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER