Jakarta, CNN Indonesia -- Huawei mengklaim perusahaannya sebagai pemilik paten teknologi terbesar di Tiongkok sejak 7 tahun silam. Hingga Desember 2013, perusahaan telah mengantongi 36.511 paten teknologi yang telah disetujui.
Jika ditotal hingga Desember 2013, Huawei telah mengajukan 44,168 aplikasi paten di Tiongkok, 18,791 di luar Tiongkok (7,848 aplikasi di AS dan 5.944 aplikasi Eropa), serta14,555 di bawah Patent Cooperation Treaty (PCT) atau paten internasional.
“Paten adalah aset berharga dari sebuah perusahaan teknologi seperti kami,” ujar Roland Sladek, Vice President International Media Affairs Huawei, saat ditemui di kantor pusat Huawei di Shenzhen, Selasa (16/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan yang didirikan pada 1987 oleh Ren Zhengfei tersebut terobsesi untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan guna menciptakan paten-paten baru.
Paten ini, kata Sladek, diciptakan oleh para karyawan dari departemen penelitian dan pengembangan yang berjumlah 70 ribu karyawan dari seluruh dunia. Angka tersebut hampir setengah dari total karyawan Huawei di seluruh dunia, sebesar 150 ribu karyawan.
Huawei memiliki 16 pusat penelitian dan pengembangan, termasuk di Perancis, Swedia, India, hingga Amerika Serikat. Pusat penelitian dan pengembangan terbesar berada di Shenzen dan Shanghai, Tiongkok.
Saat ini Huawei sedang memfokuskan penelitian dan pengembangannya untuk mendefinisikan standar koneksi internet mobile generasi kelima (5G).
“Sampai saat ini belum ada standar 5G, baik dari sisi kecepatan, spektrum frekuensi yang digunakan, sampai dengan efisiensinya. Kami termasuk perusahaan yang berusaha mencari standar itu,” ucap Sladek.
Senior Tester Engineer Huawei, Yang Cheng Jun, adalah salah seorang karyawan yang memiliki paten teknologi atas namanya. “Saya memiliki dua paten yang berkaitan dengan layar ponsel. Paten itu terdaftar di Tiongkok,” katanya.
Paten tersebut dihasilkan Cheng Jun berkat pekerjaannya dalam departemen penelitian dan pengembangan di divisi perangkat konsumen, seperti tablet dan ponsel pintar.
Saat ini, Cheng Jun bekerja dalam tim Global Compliance and Testing Center (GCTC), di kantor penelitian dan pengembangan yang berada di Shanghai, Tiongkok.
Sehari-hari, ia bertugas menguji kekuatan dan memprediksi usia produk tablet dan ponsel pintar, dengan melakukan uji banting hingga menguji ketahanan tombol dan port yang ada di ponsel.
“Kami memiliki asumsi sebuah ponsel pintar dipakai selama tiga tahun," ujar Cheng Jun.
Di tengah tren ukuran ponsel yang makin tipis, Cheng Jun mengatakan bahwa Huawei kini juga melakukan pengujian agar ponsel tidak bengkok saat tidak sengaja terduduki, terinjak, atau terbanting. Uji kekuatan yang dilakukan adalah dengan memelintir atau menekan bagian tengah ponsel dengan daya tekan tertentu.
Jika sebuah ponsel dianggap kurang layar untuk dipasarkan, maka tim teknis harus mengubah desain software, hardware, atau desain luarnya. Setelah itu, ponsel atau tablet akan masuk tahap uji agar sesuai standar telekomunikasi dan keamanan konsumen dari Amerika Serikat dan Eropa agar bisa dipasarkan di pasar global.