Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah perusahaan otomotif dan perusahaan teknologi sedang meneliti dan mengembangkan mobil tanpa sopir yang bisa berjalan secara otomatis. Mobil macam ini sangat tergantung pada sistem Global Positioning System (GPS) serta koneksi internet nirkabel yang cepat dan stabil.
Mobil pintar ini diharapkan tidak lagi membutuhkan banyak interaksi oleh manusia, semua komunikasinya terjadi di antara mesin.
Di masa depan, penumpang hanya perlu memberitahu ke mana ia akan pergi. Secara otomatis mobil akan mendengar perintah lalu memberi rekomendasi jalur yang bakal dilewati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketergantungan mobil tanpa sopir terhadap koneksi internet coba dijawab oleh perusahaan telekomunikasi yang menyediakan sinyalnya. Menurut Roland Sladek, Vice President International Media Affairs Huawei, jika tak ada koneksi cepat dan stabil mungkin mobil ini bisa membahayakan penumpang dan orang di sekitarnya.
"Bisa dibayangkan jika koneksi internet untuk mobil pintar ini lambat dan tidak stabil, mungkin akan banyak terjadi hal yang tidak diinginkan," ujar Roland saat ditemui di kantor pusat Huawei di kota Shenzhen, beberapa waktu lalu.
Huawei sendiri sedang berupaya mencari standar untuk koneksi internet mobile generasi kelima (5G), mulai dari kecepatannya, spektrum frekuensi yang ideal untuk digunakan, serta tingkat efisiensi yang ditawarkan.
Mobil tanpa sopir yang dikembangkan Google, sempat melakukan uji coba di jalan raya di sekitar Mountain View, California, AS, pada pertengahan 2014 lalu.
Menurut laporan Alexei Oreskovic dari
Reuters, yang turut menjajal mobil ini, merasa bahwa ia seperti menaiki taksi. Laju kecepatannya normal, dengan kemampuan mempertahankan jarak dari kendaraan dan objek lain di sekitar.
Mobil ini dibekali kamera untuk mendeteksi objek di sekitarnya, termasuk rambu lalu lintas. Ketika mendeteksi lampu merah yang menyalah di depan, mobil secara otomatis akan melambat.
Kepala proyek mobil tanpa sopir di Google, Chris Urmson, mengklaim bahwa teknologi mobil mereka tak kenal mengantuk dan dapat bereaksi lebih cepat terhadap situasi yang tak terduga.
"Karena itu lah dibutuhkan koneksi internet yang cepat dan stabil untuk mengantisipasi segalanya," ujar Roland.
Di masa depan, Roland memprediksi akan semakin banyak mesin yang terkoneksi dengan internet. Huawei telah melakukan penelitian dan pengembangan untuk mencari standar 5G sejak 2013 lalu dengan anggaran US$ 600 juta atau sekitar Rp 7,6 triliun hingga 5 tahun ke depan.
Sebanyak 2.000 karyawan dalam departemen penelitian dan pengembangan Huawei telah dikerahkan untuk 5G. Perusahaan asal Tiongkok tersebut punya 16 pusat penelitian dan pengembangan di seluruh dunia, termasuk di Perancis, India, Rusia, Swedia, hingga Amerika Serikat. Pusat penelitian terbesar berada di kota Shenzhen dan Shanghai.
Dengan kolaborasi langsung dan tidak langsung di antara perusahaan teknologi atau telekomunikasi, Huawei memprediksi teknologi internet 5G bakal meluncur pada 2020.