Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan kini tengah meningkatkan sistem keamanan siber pembangkit listrik tenaga nuklir yang sebelumnya diretas oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Hal ini dilakukan atas perintah Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye untuk mencegah kebocoran data lebih lanjut dan agar terhindar dari ancaman siber yang bisa saja kembali terjadi pada masa depan.
Park Geun-hye memerintahkan inspeksi pengamanan pada setiap fasilitas dan infrastruktur nasional termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir ini agar terhindar dari terorisme dunia maya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangkit listrik tenaga nuklir adalah instalasi keamanan yang dapat berdampak langsung pada keselanatan orang-orang," kata Park dikutip dari Reuters.
Seorang pejabat setempat mengatakan bahwa pihak berwenang telah menaikkan status keamanan siber ini satu tingkat lebih tinggi dari "perhatian" menjadi "hati-hati".
Selang beberapa jam setelah Park berkomentar, seorang pengguna internet yang mengaku sebagai peretas menyatakan sebuah ancaman dalam twitternya. Hal ini mengundang komentar dari pejabat pemerintahan setempat.
"Kami lihat itu, kami percaya hal itu dilakukan oleh orang yang sama," kata seorang pejabat Kejaksaan Korea Selatan.
Sebelumnya, tim investigasi tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa Korea Utara terlibat dalam aksi serangan siber itu meskipun belum ada bukti kuat yang dapat memastikan.
Korea Hydro and Nuclear Power (KHNP) yang menjalankan sebanyak 23 reaktor nuklir di Korea Selatan mengalami serangan peretasan yang diduga dilakukan oleh pihak Korea Utara.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan juga banyak menuduh Korea Utara melakukan beberapa serangan siber pada bank-bank dan lembaga penyiaran.
Insiden peretasan pembangkit listrik tenaga nuklir ini juga terjadi setelah Amerika Serikat menuduh Korea Utara menjadi otak di balik aksi peretasan besar terhadap Sony Pictures.