PENELITIAN ARKEOLOGI

Ilmuwan Temukan Jaringan Mata pada Fosil Ikan

CNN Indonesia
Jumat, 26 Des 2014 11:10 WIB
Ilmuwan menemukan fosil ikan purba dengan jaringan lunak mata yang bisa dikenali. Jaringan lunak itu membuat ikan bisa menerima cahaya dan warna.
Ikan Rhinogobius yang memiliki kedekatan dengan ikan purba Acanthodes bridgei yang fosilnya ditemukan dengan jaringan lunak mata yang bisa dikenali. (Soetaro/Wikipedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penemuan fosil ikan itu biasa saja. Tapi fosil ikan Acanthodes bridgei yang ditemukan di Hamilton Quarry, Kansas, ini luar biasa.

Soalnya, meski sudah terawetkan selama 300 juta tahun, ilmuwan masih bisa melihat jaringan photoreceptor pada bola mata ikan itu, melalui pemindaian mikroskop elektron.

Inilah kali pertama fosil jaringan photoreceptor ditemukan di fosil hewan vertebrata. Temuan yang kemudian dipublikasikan di jurnal Nature Communications edisi Selasa (24/12) lalu itu menyebutkan, ikan sudah melihat dunia yang penuh warna, setidaknya sejak 300 juta tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Photoreceptor yang ditemukan adalah rods dan cones, yaitu sepasang sel yang berada di retina mata. Rods bentuknya panjang dan tipis dan lebih sensitif terhadap cahaya untuk melihat sekeliling atau penglihatan malam. Sedangkan cones berbentuk segitiga, yang sensitif terhadap warna dan bertugas melihat detail dan perubahan-perubahan.
 
Rods dan cones mengandalkan pigmen untuk menyerap cahaya. Melalui sebuah analisa kimiawi, ilmuwan menemukan bukti adanya pigmen bernama melanin itu di mata yang sudah menjadi fosil.
 
Fosil ikan yang ditemukan memiliki panjang 10 centimeter. Fosil ditemukan di Kansas, di sebuah area yang dulunya adalah sebuah laguna dangkal.

"Fosil-fosil yang ditemukan dari kawasan itu terawetkan dengan baik karena terkubur sangat cepat dalam sedimen di laguna itu," kata Gengo Tanaka dari Universitas Kumamoto, Jepang, yang menulis studi itu.

Dalam kasus ikan Acanthodes bridgei yang sudah punah, proses pengawetan diduga juga melibatkan aktivitas bakterial yang menyebabkan adanya sebuah lapisan film yang tipis atau lapisan fosfat di mata, sebelum ikan terkubur.
 
Tanaka dan timnya kemudian membandingkan fosil ikan itu dengan ikan Rhinogobius modern, yang punya ukuran sama dengan Acanthodes bridgei dan sama-sama hidup di perairan yang tak terlalu asin.
 
Tanaka dan timnya mendapati rasio rods dan cones pada kedua ikan sama. Ini mengindikasikan bahwa Acanthodes bridgei aktif pada siang hari dan mengandalkan penglihatan untuk hidup.

Sebelum Acanthodes ditemukan, ikan tertua yang terdeteksi mengembangkan penglihatan adalah ikan Myllokunmingia, yang diduga berasal dari 520 juta tahun lalu. Tapi ahli sulit mendeteksi evolusi matanya karena jaringan lunak yang tersisa nyaris tak ada.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER